Kesimpulan Tugas 1 Pengaruh
Arsitektur Terhadap Lingkungan
Seorang arsitek, adalah seorang ahli di bidang ilmu arsitektur,
ahli rancang bangun atau ahli lingkungan binaan.
Istilah arsitek seringkali diartikan sebagai seorang perancang
bangunan, adalah orang yang terlibat dalam perencanaan, merancang, dan
mengawasi konstruksi bangunan, yang perannya untuk memandu keputusan yang
mempengaruhi aspek bangunan tersebut dalam sisi astetika, budaya, atau masalah
sosial. Definisi tersebut kuranglah tepat karena lingkup pekerjaan seorang
arsitek sangat luas, mulai dari lingkup interior ruangan, lingkup bangunan,
lingkup kompleks bangunan, sampai dengan lingkup kota dan regional. Karenanya,
lebih tepat mendefinisikan arsitek sebagai seorang ahli di bidang ilmu
arsitektur, ahli rancang bangun atau lingkungan binaan.
"Arsitek" berasal dari Latin architectus, dan dari
bahasa Yunani: architekton (master pembangun), arkhi (ketua)
+ tekton (pembangun, tukang kayu).
Dalam penerapan profesi, arsitek berperan sebagai pendamping, atau wakil
dari pemberi tugas (pemilik bangunan). Arsitek harus mengawasi agar pelaksanaan
di lapangan/proyek sesuai dengan bestek dan perjanjian yang telah dibuat. Dalam
proyek yang besar, arsitek berperan sebagai direksi, dan memiliki hak untuk
mengontrol pekerjaan yang dilakukan kontraktor. Bilamana terjadi penyimpangan
di lapangan, arsitek berhak menghentikan, memerintahkan perbaikan atau
membongkar bagian yang tidak memenuhi persyaratan yang disepakati.
Namun dalam penerapan pekerjaan arsitektur jarang yang memperhatikan dampak
lingkungan binaan sekitar.
CONTOH:
Taman ismail marzuki, Cikini, Jakarta Pusat.
banyaknya lingkungan hijau di site bangunan tersebut dan pembuatan taman
pada atap sehingga membuat dampak positif untuk mengurangi dampak global
warming.
· Sebagai
taman hijau kota.
· Pembuatan
the "Artificial Sungai" dibuat sepanjang sisi barat laut situs untuk
membantu mengumpulkan air hujan untuk didaur ulang dan mengganti pagar sebagai
batas ramah antara taman dan sekitarnya.
Kesimpulan Tugas 2 Respon Terhadap Buku
Arsitektur Dan Lingkungan
Respon terhadap buku Arsitektur dan Lingkungan saya mulai dengan bermulanya
sang penerbit buku mengikuti seminar dan diskusi disbuah univerrsitas yang
bertema “Penggunaan Kayu sebagai Bahan Kontruksi Pembangunan Secara Biologis”
semua itulah yang mendorong sang penulis menerbitkan buku ini sebagai usaha
menunjukkan perlunya diadakan perbaikan dalam pengetahuan, pengertian dan
pemanfaatan hubungan-hubungan diantara manusia, linkungan dan alamnya.
Buku yang penuh dengan pengetahuan tentang kaitan antara Arsitektur dan
Lingkungan memiliki pendahuluan yang terbagi atas arsitektur biologis,
lingkungan manusia, pengarus energi dan teknologi protektif. Emudia ada maslah
pengertian waktu, pengertia ruang, pengertian ukuran, pengertian fungsi,
pengertian lingkungan, bahan bangunan biologis, perencanaan arsitektur
biologis. Kjadi buku ini juga terdpat sub sub disetiap BAB nya. Jadi buku ini
sudah terangkum lengkap. Semua hal tentang Arsitektur dan Lingkungan bisa kita
pahami dibuku ini.
Kesimpulan Tugas 3 Menyimpulkan Buku
Arsitektur Dan Lingkungan
1. Pendahuluan
Dasar kehidupan kita diantara lain mencakup pembangunan dan pemukiman.
Dasar ini sebenarnya menjadi titik pangkal cara kita membangun. Akan tetapi
dewasa ini banyak hal tentang dasar-dasar kehiduoan itu telah disingkirkan
Salah satu tujuan penting dari cara pembangunan, ialah perlindungan
rerhadap penghuni. Perencnaan proyek besar- juga diindonesia- pada tahun-tahun
yang lalu sering lebih banyak memperhatikan masalah teknis dan bahan bangunan
daripada kenyamanan dan perlindungan penghuninya.
1.1. Arsitektur biologis
Arsitektur biologis berarti ilmu penghubung antara manusia dan
lingkungannya secara keseluruhan.
1.2. Lingkungan manusia
Setiap pembangunan merupakan suatu pembaharuan atau perubahan lingkungan.
Perhatian atau perubahan lingkungan berarti perhatian atas arsiteknya dn atas
kualitas kehidupan manusia.
Jikalau kita membandingkan kualitas lingkungan pada masa lalu dengan
keadaan sekarang. Maka harus kita akui bahwa kualitasnya makin lama makin
menurun.
1.3. Pengaruh energi
Salah satu usaha untuk mencapai keseimbangan dengan alam memberi perhatian
pada energy yang dinutuhkan, sebab penggunaan energy yang paling dikit, juga
merusak lingkungan manusia paling dikit. Itu berarti kita bahwa dalam setiap
tindakan membangun, kita membutuhkan perhitungan energi.
1.4. Teknologi protektif
Keseimbangan antara lingkungan dan teknolgi menurut prof. h. r hugi pada
makalahnya angepasste technologie fur entwicklungslander dapat digambarkan
sperti terlihat sebagai berikut.
Seimbang dengan alam
- Perhatian
kepada alam dan sumbernya
Seimbang dengan manusia
- Perhatiam
kepada keamanan, kehidupan( air , jalan nafkah penghidupan)
Seimbang dengan lingkungan
- Perhatia
kepada iklim, tanah. Pengaruh lainnya dan sebagaiya
2. Pengertian
waktu
2.1. Sejarah
Pembangunan dan kebudayaan merupakan perwujudan sejarah manusa terutama
pada masa yang lalu pembangunan rumah kediaman bersrti tanda kehidupan, berarti
aktifitas oleh masyarakat setempat. Kehidupan dtentukan oleh agama, kebudayaan
dan masyarakat setempat
2.2. Waktu sekarang
Waktu sekarang merupakan waktu peralihan antara sejarah dan masa lampau dan
masa depan. Cara membangun sudah berubah. Pada masa lalu atap merupakan
perlindungan dan tujuan utama rumah kediaman. Sedangkan pada masa sekarang
sudah jauh berbeda Karen a penghuni bermukim lebih padat.
2.3. Masa depan
Desa kala patra kata orang bali. Kata itu berarti oengetahua dan pengertian
tentang nilai waktu dan kelakuan kita setiap saat. Jika kita memusatkan
perhatian pada keadaan sekarang, kita tak brniat untuk menghentikan waktu,
melainkan memutarkan kmbali oda sejarah sedemikian rupa sehingga kita dapat
menghindarkan cara sungai mengalir. Kita harus berusaha sebaik-baiknya untuk
menuntunkan arusnya sebelum arus itu membesarmenyatukan tenaga dan
menghanyutkan semuanya. Pengertian akan waktu dapat juga dimengerti sebagai
sesuatu yang agak mengancsm karena hubungannya erat adenga peralihan manusia
dan kematiannya.
3. Pengertian
ruang
3.1. Alam
Manusia dan kebudayaannya serta peradaban yang dihasilkan terletak pada
alam skitarnya dengan hokum alamnya. Dari keseimbangan dengan lingkungan social
dan kebudayaan tertentu, kemudian dibuat factor lingkungan, seperti
pembangunan rumah , pondok dan sebagainya
3.2. Manusia
Manusia memiliki sifat sangat berbeda sesuai dengan keadaan masing-manusia.
Yang dimaksud dengan sifat manusia ialah rohkepandaiannya, segi-segi
fisiologik, psikologi dn sebagainya.
3.3. Masyarakat
Slamanya manusia bekerja dan melakukan sesuatu yang berimbang dengan
kemanusiaan dan alam. Kesulitan sering tedapat pada manusia dan citra dirinya,
yakni hubungannya sebagai individu dengan manusia , kebudayaan , dan agama.
Sebagai keterangan , misalnya kita dapat mengerti bahwa kelaparan yang terdapat
diseluruh dunia dapat dubah dengan makanan. Asal ada mkanan, maka kelaparan
diseluruh dunia dpat diubah dengan mkanan.
3.4. Bangunan
Pembangunan gedung secara biologic maupun secara nonbiologik membentuk
ruang dengan dinding-dinding yang biasanya berfungsi sebagai penyangga
beban.pada prncanaan, kita merancang bentuk ruang atau dinding ruang sebagai
batas antara lingkungan alam dan lingkungan buatan.
4. Pengertian
ukuran
4.1. Perbandingan arsitektur alam
dan teknik
Arsitektur alam, seperti terdpat misalnya pada ilmu bumi, selalu
membentuk suatu peredaran alam yang tertutup. Arsitektur masa depan harus lebih
efisien dengan menggunakan energy yang lbih jauh sedikit. Arsitektur
seharusmya lebih biologic.
4.2. Peradaban (sivilisasi) dan
kebudayaan
Seperti yang telah diterangkan pada bab-bab yang lalu, maka peradaban dan
kebudayaan merupakan sifat yang sangat penting bagi kehidupan manusia dan
masyarakat terutama di bidang arsitekturnya.
5. Pengertian
fungsi
Fungsi menentukan arti. Perlindugan terhadap kehidupan manusia ialah tujuan
pembangunan. Fungsi tidak boleh dicmpurkan engan fungsionalisme sebagai gaya
arsitekturnya. Pengertian fungsi tentunya jauh lebih luas. Pada alam, semuanya
bersifat fungsional, semua mampunyai fungsi , dan jiaklau arsitektur biologis
dapat diterapkan seagai semacsm tiruan arsitektur alam maka semuanya juga
berfungsi.
5.1. Situasi dan analisa site
Dalam pengertian asitektur biologis, site dan letak gedung-gedung dipilih
sedimikian rupa , sehimgga juga diperhatikan gangguan geopatis yang mengandung
bahaya atas keshatan penghuni. Sinar yang berhubungan dengan bumi bisa
memustahilkan berdirinya sebuah rumah justru karena letaknya yang merugikan.
5.2. Ruang dan iklim
Bangunan dan kontruksinyadibtuhkan manusia antara kain untuk menghadapi
pengaruh iklim. Factor penting untuk membangun perlindungan terhadapa cuaca dan
iklim tersebut ialah penyinaran, suhu, kelembaban udara, ventilasi dan
seagainya.
5.3. Energi dan bahan bangunan
Daei ahli fisika dan ahli kimia kita ketahui bahwa energy dan materi
masing-masing dapat dikonfirmasikan tanpa kita kehilangan sesuatu. Pembangunan
merupakanpenggunaan energy dan materi (bahan bngunan ) secara terarah.
5.4. Cara membangun dan kontruksi bangunan
Pengertian cara membangun dn kontruksi bangunan mempunyai kaitan dengan
pembangunan biologis sehingga antara keduanya sebenarnya tidaklah berbeda.
a) Bagian
bangunan utama
Bagian bangunan utama menentukan bentuk bangunan, yang ditempatkan seagai
dasar pada perencanaan oleh arsitek atau insinyur uang menentukan struktur
bangunan.
b) Bagian
bangunan yang bersifat pelengkap
Bagian bangunan pelengkap mengisi lubang-lubang dan celah-celah pada bagian
bangunan utama. Bagian bangunan pelengkap, yang tidak menerima beban, dapat
diubah dan dihanti dan ditentukan oleh penghuni.
5.5. Hubungan dan sambungan
Membangun tempat tinggal selalu merupakan usaha merangkai. Menyambung,
menghubungkan bahan, ruang dn sebagainya. Dengan kata lain sambungan biasanya
ita artikan sebagainsuatu sambungan mekanik seperti misalnya dua balok kayu
yang ditarik sehingga hubungannya erat dan kuat.
5.6. Ukuran dan proporsi
Dalam hal ini mungkin dapat diketahui, bebarapa arsitek merencanakan
rumah-rumahmereka atas dasar proporsi harmonis, dimana daerah rumah tersebut
tidak hanya digambar saja, melainkan juga ditulis sebagai lembaran music. Salah
satu diantaranya arsitek andre M. studer dari swiss yang juga menulis kriterian
einer intgralen architektur
5.7. Ruang dan bentuk
Bentuk kita diartikan sebagai ruang oleh Karena hubungan antara berbentuk
dan ruang jalin menjalinruang dan massa bangunan, baru dapat digunakan jiakalau
mengandung beberapa sifat. Arsitektur membatasi ruang dari lingkugan alam yang
belum digunakan dengan massa yang belum bentuk, sepeti yang telah dibicarakan
pada bab 4.2 mengenai peradaban dan kebudayaan, pengaruh aga,a atas arsitektur.
6. Pengertian
lingkungan
Istiliah lingkungan berhubungan erat dengan keindsafan manusia terhadap
lingkungan yang pada waktu sekarang sudah berubah sama sekali. Keinsfatan
terhadap lingkungan berarti pengetahuan / pengertian tentang ancman atas
lingkungan alam seabagai dasar kehidupan manusia, dihubungkan dengan kesediaan
untuk mengushakan tindakan perbaikan.
6.1. Lingkungan alam
Sifat, cara pemulihan dan pengeloaan atas tanah serta bagunan baik
pemerintah maupun masyarakat, ikut menjadi factor penentu dalam pembangunan
pemukiman maupun kelangsungan kehidupan manusia sehari-hari
Ada etentuan-ketentuan dan peraturan-peraturan ini mempunyai kaitan erat
dengan pelestarian dan pembentukan lingkungan alam.
6.2. Lingkungan sekitar (lingkungan
buatan)
Dengan pertambhan penduduk yang tertinggi terutama dinegara –negara
berkmbang, kerusakan ligkungan alam makin lama makin berat. Masa sekarang
menjadi peralihan. Arsitektur dan pembangunan pemukiman harus memperkembangkan
alternative batu yang sesuai dengan alam sekitarnya sebagai arsitektur
biologic.
6.3. Lingkungan social dan ekonomi
Walaupun mungkin lingkungan social bertentangan dengan factor ekonomi maka
misalnya dalam hal perumahan sederhana dicari penyelesaian mengenai lingkungan
social dan ekonomi seoptimal mungkin menurut daftar / gambar.
7. Bahan
bangunan biologis
Menurut taksiran oenggunaan bahan mentah oleh indrustri bangunan berjumlah
sekitar 600.000.000 ton setahun. Hal ini sangat membutuhkan perhatian bagi
peredaran bahan bangunan juga sangat menuntut perhatian kita.
7.1. Bahan bangunan yang dapat
dibudidayakan lagi
a) Kayu
Pilihan tas suatu bahan bangunan tegantung pada sifat-sifat biologis,teknis
ekonomis dan keindahan. Jikalau dpilih kayu sebagai bahan bangunan biologis,
makan perlulah dketahui sifat-sifatnya sepebuhnya. Tetapi disin
sifat-sofat kayu hanya akan kitabicaraka sedikit saja, dengan melihat buku-buku
yang ada dipasar.
b) Bambu
Pada umumnya bagian bangunan yang dapat dibuat dri bamboo jauh lebih murah
dibandingkan dengan bahan angunan lain untuk kegunaan yang sama. Bamboo
sebagai bahan bangunan biologis didapatkan hamper diseluruh Indonesia. Bamboo
adalah bahan ramuan yang penting, sebagai pengganti kayu.
c) Rumbia,
alang alang dan ijuk
Tumbuhan rumia tumbuh didaerahyang bnyak mengandung air, seperti misalnya
dipantai laut daerah rawa-rawa dan sebagainya. Atap rumbia dibuat dari
helai-helai daun rumbia yang dirangkai sedimikia rupa hingga dapat digunakan
sebagai penutup atap.
Alang-alang alah jenis rumput yang banyak dtemukan didaerah tropis. Akar
rimpangnya yang sulit dihancurkan , erusak tanaman pertanian. Bijinya sangat
mudah disebarkan angin sehingga dalam waktu singkat dapat menuasai daerah yang
luas.
Ijuk serat berwarna hitam daripohon aren bersifat tahan. Dibandngkan dengan
rumbia dan alang-alan, ijik bisa digunakan pelapis atap.
7.2. Bahan bangunan alam yang dapat
digunakan lagi
a) Tanah,
tanah liat dan lempang
Tanah yang tediri dari batu-batu yang hancur berupa pasir atau geluh dan
bahan organic yang membusuk. Dalam keadaan netral tanah terbabas dari akar0akar
dn sebagainya. Sedangkan tanah liat terdiri atas gauh. Pasir dari tanah
payau.yang tidak banyaknya tetapi rata tercampur.
b) Batu
alam
Batu alam seperti batu alam yang lain, teripta dn terkandung dlam
suatu peredaran alam yang tertutup.
7.3. Bahan bangunan alam yang
disediakan oleh industrial
a) Batu
buatan yang dibakar ( batu merah)
Pembuata batu bata atau batu merah sebagai home indrustr atau perusahaan
batu emrah haus memnuhi peraturan umum untuk bahan bangunan diindoneisa NI-3
dan peraturan batu merah seabagai bahan bangun NI-10
b) Genting
flam dan genting pres
Gantig flam adalah unsure banguna yang dipakai sebagai pelapis atp. Dapat
ibuat dengan menggunakan lempung sebagai bahan mentah yang kemudian dibakar.
c) Batu
buatan yang tidak dibakar
Batu batuan atau batu cetak yang tidak dibakar dari tras dan kapur kadang
kadang juga dengans edikit semen Portland, sudah mulai dikenal oleh masyarakat
sebagai bahan bangunan dan sudah pula dipakai untuk pembuataan rumah dan gedung
8. Perencanaan
arsitektur biologis
8.1. Tujuan pembangunan biologis
Penyelidikan arsitektur dan pembangunan mempunyai tujua yang berbeda satu
sama lain. Dalam penyeledikan biasanya bagian teknik dan ekonomi lebih
diutamakan, sekalipun teknik tersebut belum pasti menjadi teknik yang
terbaik
8.2. Bentuk bangunan dan bahan bangunan
Bahan bangunan dan kontruksi bangunan adalah dua unsure pembentuk bangunan.
Akan tetapi bentuk nagunan pun ditentukan oleh fungimya, menurut kebutuhan dan
penghuninyan dan cara pembangunanya. Dinding dan susunan atap.
8.3. Sistem perencanaan
Perencsnaan arsitektur biologic dengan bahan bangunan biologic meupakan
suatu lintas ilmu yang melibatkan antara lain insinyur, ahli banguna dan
pemberi tugas.
8.4. Arsitektur tradisional
Istilah arsitektur tradisionl dapat diartikan sebagai suatu arsitejtur yang
dicipkan atau dilakukan degan cara yang senantiasa sama sejak beberapa
generasi. Denga demikian arsitektur tradisional memperlihatkan hubungan manusia
dengan sejarahnya dalam budang banguan dan pemukiman.
8.5. Menuju arsitektur biologis
a) Pendahuluanpada
waktu mempersiapkan buku ini kadang terpikirkan materi arsitektur biologic
dianggap sebagai mpian utopik dan pembaca
b) Rudolf
doernach
Rudolf doernach lahir pada tahun 1929 di Stuttgart, jerman
barat pelajaran arsitektur dan biologi bnagunan ditempuh dijerman barat dan
amerika
c) Peter
schmid
Lahir pada bulan September 1935 diroma, italia. Ia belajar arsitektur di
wina, Austria dan studia prinsip universal pada swami yogeshwaranand saraswati
maharaj diindia
Kesimpulan Tugas 4 Menyimpulkan Buku
Dasar-Dasar Arsitektur Ekologis
A. PENGANTAR EKOLOGI DASAR DAN FISIKA BANGUNAN
1. Dasar-dasar ekologi
Ekologi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari hubungan timbale
balik antara makhluk hidup dan lingkungannya.
2. Aliran dalam ekosistem
Organisme-organisme dan kemampuannya tergantung pada aliran energy dan
zat-zat yang dapat dimanfaatkan sebagai alat bantu untuk memproduksi materi
organic. Energy surya terutama dibutuhkan untuk menjalankan peredaran materi
tersebut karena elemen-elemen vital dan alat bantu yang dapat digunakan oleh
organism-organisme pada ekologi system alam tidak tersebar merata. Aliran ini
disebut daur, siklus, atau peredaran. Istilah ini berubah menurut buku-buku
ekologi yang digunakan.
3. Iklim dan ruang
Iklim merupakan susunan keadaan atmosferis dan cuaca dalam jangka waktu dan
daerah tertentu. Iklim pada tempat tertentu dapat diterangkan berdasarkan
urutan terjadinya keadaan-keadaan tersebut. Sesuai dengan titik
pandangan, maka bobot masing-masing keadaan berbeda dan iklim biasanya
digolongkan atas ikim makro dan iklim mikro.
4. Cahaya
Cahaya adalah bagian penting bagi kehidupan manusia, terutama untuk
mengenali lingkungan dan menjalankan aktivitasnya. Tanpa cahaya dunia gelap,
menakutkan, tidak ada yang bias dikenali, dan tidak ada keindahan visual.
Dengan cahaya, manusia dapat beraktivitas dengan nyaman dan menikmati kesenian,
lingkungan alam dan buatan.
5. Bunyi
Indra pendengaran adalah telinga manusia. Daun telinga berfungsi sebagai
corong untuk mengumpulkan getaran bunyi. Getaran bunyi tersebut kemudian masuk
kedalam lubang telinga. Bila getaran bunyi mencapai gendang telinga, maka
gendang telinga akan ikut bergetar. Getaran gendang telinga menggetarkan
tulang-tulang pendengaran. Selanjutnya tingkap jorong dan rumah siput (koklea)
ikut bergetar, demikian pula cairan limfa di dalam rumah siput. Getaran cairan
limfa merangsang ujung-ujung saraf yang menyampaikan rangsangan bunyi tersebut
ke otak.
B. PEMBANGUNAN DAN KERUSAKAN ALAM
1. Ekologi dan arsitektur ekologis
Pembangunan rumah atau tempat tinggal sebagai kebutuhan kehidupan manusia
dalam hubungan timbale-balik dengan lingkungan alamnya dinamakan arsitektur
ekologis atau eko-arsitektur.
2. Unsur pokok eko-arsitektur dan pengaruh
pencemaran pada kesehatan manusia
Bagi banyak manusia tradisional segala materi terdiri dari empat unsur
yaitu udara (angin), air (banyu), tanah/bumi (lemah), dan api/enegi (geni).
Walaupun menurut pengetahuan masa kini, hal tersebut jauh lebih rumit. Empat
unsure tersebut dapat dianggap sebagai awal pembicaraan hubungan timbale-balik
antara gedung dan lingkungan.
3. Kualitas arsitektur dan tugas si arsitek
Arsitektur biologi sebenarnya lebih indah, lebih tepat guna daripada
pembangunan biasa saja, yang menonjol adalah kualitas arsitektur yang tinggi.
Kualitas biasanya sulit diukur dan ditentukan, terlebih lagi dari bidang
arsitektur. Dimana garis batas antara arsitektur yang bermutu tinggi
(berkualitas) dan arsitektur yang biasa saja.
C. JEJAK EKOLOGIS
1. Pengertian jejak ekologis dan sekitarnya
Setiap makhluk, manusia, binatang atau tumbuhan,merindukan kehidupan. Akan
tetapi, tidak ada makhluk yang mampu memuaskan nafsu kehidupannya tanpa
membatasi kualitas kehidupan makhluk yang lain. Hal ini berlaku terutama bagi
manusia dengan nafsu atas kesejahteraan social, kenikmatan, dan keuntungan
material yang tidak dapat terpenuhi.
Dalam hal ini diadakan dua percobaan untuk menyeimbangkan ketidakseimbangan
tersebut, yaitu kode etik lingungan dan jejak ekologis (ecological footprint).
2. Jejak ekologis dan pengaruh atas pembangunan
Tumbuhan sebagai makhluk tetap berada di tempat pengolahan sampah dalam
rangka kerja sama dengan organism perombak sehingga lingkungan hidupnya tetap
terjaga. Lain hakya dengan manusia dengan berpindah-pindah tempat, misalnya
manusia. Ketidakperhatian pada rantai bahan sebagai peredaran alam
mengakibatkan penyakit menular dan merusak lingkungan alam sekitar.
3. Alam sebagai pola perencanaan
D. MEMBANGUN UNTUK MENGHUNI
1. Hubungan antara kegiatan manusia dan ketergantungan
pada tempat
Garis besar ini memperhatikan pembangunan dengan sendirinya maupun
arsitektur yang berarti fungsi, bentuk, proporsi, teknik, dan sebagainya
bahkansbagainya mengutamakan penentuan tempat yang bertuah, penanaman bangunan
di dalam tanah, hubungan-hubungan yang sungguh-sungguh di antara bangunan
buatan dan dunia alam yang menyumbangkan segala kehidupan dalam agama hindu.
2. Membangun sebagai organisasi fungsi
Kehidupan pada umumya terjadi di dalam ruang yang dibangun oleh manusia.
Istilah ruang (space) tidak hanya meliputi ruang dalam, tetapi juga ruang luar,
misalnya jalan yang dibentuk oleh dinding, rumah, atau tanaman sekeliling.
Kualitas kenyamanan, sifat, dan bentuk ruang juga mempengaruhi jiwa penghuni.
Sesuai dengan kebutuhan jasmani dan rohani kita, mutu ruang tergantung dari
suhu, cahaya, warna, bahan bangunan atau keadaan (tenang atau bising). Ukuran
dan suasana ruang harus disesuaikan dengan kebutuhan ruang masing-masing
kegiatan.
3. Cipta rasa dan karsa
Setelah mata manusia sejak berabad-abad merupakan organ pancaindra yang
utama , pembatasan yang diakibatkan kenyataan tersebut makin jelas. Pada masa
kini timbul keinginan untuk memanfaatkan daya tanggap dengan semua pancaindra.
Perhatian para desain yang mengutamakan fungsi (kegunaan rumah) sering
mengbaikan batas-batas kenyamanan serta daya tahan konstruksi dan bahan
bangunan. Seperti telah diuraikan di atas juga, semua pancaindra (bukan hanya
mata saja) seharusnya terlibat pada waktu manusia menangkap suatu gedung, suatu
pandangan yang indah atau lingkungan biasa.
4. Menghuni dan partisipasi penghuni
Proses menghuni adalah proses belajar, memahami lingkungan, ruang pranata
social di bentuk pertama kali dalam lingkungan terkecil, yaitu keluarga.
Sebagai proses maka menghuni berjalan seiring waktu, menyenangkan dari waktu,
atau menjadi suatu tekanan yang harus dihindari karena berbagai tuntutan yang
dibutuhkan untuk memahami, mengikat agar semua bagian dalam pelajaran menghuni
terwujud dalam hidup di lingkungan keluarga.
E. MEMBANGUN SECARA EKOLOGIS (basic eco-design
standard)
1. Kawasan penghijauan diantara kawasan pembangunan
Perkembangan kawasan bangunan yang liar dan tidak teratur akan
menghancurkan kehidupan alam dan menciptakan kota yang layak dihuni. Kota dan
pedalaman harus berinteraksi seperti jari yang disambungkan satu sama lain.
Jika lahan berbukit-bukit, maka dataran dan lembah dimanfaatkan untuk pedesaan
dan pertanian, sedangkan lerengan merupakan perkotaan.
2. Tapak bangunan bebas gangguan geobiologis dan
radiasi elektromagnetik buatan yang minimal
Selain komunikasi antara manusia dan ibu bumi, radiasi lingkungan, irama
aktivitas matahari atau cuaca, memengaruhi kehidupan secara positif karena
terjadi secara terus-menerus. Jika pengintensifan radiasi berubah menjadi
stabil, maka pengaruhnya atas kehidupan bias negative, berarti akan menimbulkan
segala penyakit.
3. Rantai bahan dan bahan bangunan ekologis
3.1 Pembangunan dan kesehatan
3.2 Bahan bangunan ekologis
3.3 Peredaran bahan dan rantai bahan
4. Ventilasi alam dalam gedung
4.1 Penyegaran udara secara pasif
4.2 Penyegaran udara secara aktif
5. Kelembapan sebagai ancaman konstruksi dan kesehatan
5.1 Lapisan permukaan dinding/langit yang mampu mengalirkan uap air
5.2 Kelembapan tanah dan konstruksi bangunan yang kering
5.3 Kesinambungan pada struktur dan konstruksi
6. Kesinambungan pada struktur dan konstruksi
Hubungan antara masa pakai bahan bangunan dan struktur bangunan
mempengaruhi pilihan struktur dan penggunaan bahan bangunan. Jika bamboo
dipilih sebagai bagian strktur, baian sekunder, bagian finishing, ataupun
bagian utilitas, maka harus selalu dipertimbangkan bahwa masa pakai (life span)
bamboo terbatas jika dibandingkan dengan kayu, baja, atau beton bertulang.
Berdasarkan kenyataan tersebut, pikiran selanjutnya mengikuti prinsip
structural, dimana setiap unsure bangunan yang lebih kuat. Makin banyak bagian
bangunan yang tahan lama, makin kecil biaya pemeliharaannya.
7. Bentuk/proporsi ruang
7.1 Penentuan bentuk
Di bidang arsitektur, ukuran biasanya berhubungan dengan hunian manusia,
tetapi karena ukuran gedung secara metafistis dapat disamakan dengan
mikrokosmos yang melambang makrokosmos mengandung cirri fisis maupun metafisis.
7.2 Arsitektur harmonikal
Gagasam tentang kosmos yang harmonikal dan kesamaan di antara ilmu fisika
dan tanggapan di bidang music tampil ke depan pada teori kuantum. Pentingnya
angka bulat terhadap angka bulat terhadap angka diferensial dan integral dalam
dalil ilmu gerak dan analisa spectral menunjukkan kebenaran pengetahuan kuno
tersebut.
8. Pembangunan berkelanjutan (ekologis)
Setiap konstruksi bangunan yang didirikan oleh manusia dari bahan bangunan
apapun, sesudah selesai akan menjadi tua, lemah, dan dikemudian hari mulai
runtuh. Lain halnya dengan konstruksi alamiah (pembangunan konstruksi oleh alam
sendiri)yang pada saat mulai memanfaatkannya akan tumbuh, kemudian bertambah
kuat, dan makin tua, makin tahan lama.
9. Bangunan bebas hambatan dan mobilitas
F. MEMBANGUN KEMBALI DAN RESIKLING
1. Membangun kembali dan mengganti kerugian
2. Sampah asal dari kegiatan pembangunan dan susunannya
3. Pengolahan sampah
Kesimpulan Tugas 5 Penjelasan Giant Sea
Wall
Muslim Muin
Keputusan mempercepat pembangunan giant sea wall Jakarta menjadi 2014
sangat mengejutkan. Keputusan bersama Menko Perekonomian, Menteri Perhubungan,
Menteri PU, dan gubernur tiga wilayah (Jakarta, Jawa Barat, Banten) perlu
dikaji ulang.
Giant sea wall adalah sebuah tanggul laut raksasa yang membentengi Teluk
Jakarta. Proyek dengan panjang 30 kilometer dan bernilai di atas Rp 200 triliun
tersebut dirancang untuk mengatasi banjir akibat kenaikan permukaan air laut,
membersihkan air sungai sebelum ke laut, dan reklamasi pantai.
Namun, sebagai seorang ahli teknik kelautan, penulis tidak sependapat
dengan keputusan itu. Tanggul laut raksasa adalah proyek salah kaprah karena
akan lebih banyak merugikan.
Jakarta tidak memerlukan tanggul laut raksasa karena tidak ada banjir dari
laut. Kalaupun terjadi rob, itu lebih disebabkan penurunan muka tanah, bukan
perubahan muka air laut.
Sebaliknya, tanggul laut raksasa akan memperparah banjir di Jakarta,
Bekasi, dan Tangerang. Kehadiran tanggul laut akan memperpanjang alur sungai
sehingga memperlambat aliran air. Belum lagi peningkatan laju sedimentasi
karena menurunnya kecepatan aliran air. Dengan demikian, selain banjir juga
terjadi percepatan pendangkalan sungai yang perlu biaya pengerukan rutin besar.
Dampak lain adalah penutupan dua pelabuhan perikanan Nusantara. Ribuan
nelayan harus dipindahkan. Pembangkit Listrik Muara Karang juga harus ditutup
karena aliran air pendingin tidak lagi tersedia. Kalaupun dipertahankan, biaya
operasinya sangat besar karena memerlukan pompa yang berjalan terus.
Tanggul laut raksasa yang direncanakan dalam sistem tertutup membuat air
tidak mengalir. Karena itu, kualitas lingkungan Laut Jakarta akan rusak.
Awal mula
Muka air laut dipengaruhi pasang surut, tsunami, badai, dan pemanasan
global. Fluktuasi muka air laut di Jakarta lebih banyak dipengaruhi pasang
surut.
Jakarta berada pada perairan dangkal dan terlindung dari tsunami. Ancaman
tsunami untuk Teluk Jakarta berasal dari Selat Sunda (Gunung Krakatau). Sebelum
merambat ke Laut Jawa, tsunami harus melalui Selat Sunda yang sempit dan
dangkal sehingga sebagian energi hilang. Gelombang tsunami yang merambat di
Teluk Jakarta juga sangat kecil karena berada dalam daerah terlindung.
Posisi Teluk Jakarta sangat jauh dari pusat badai di Laut China Selatan.
Perubahan muka air laut akibat badai akan lebih besar dampaknya di Malaysia dan
Kalimantan dibanding di Jakarta.
Pemanasan global tidak hanya mengancam Jakarta, tetapi juga kota-kota lain
di dunia. Kelihatan sekali pejabat DKI memperlakukan Jakarta sebagai kota
cengeng yang tidak terurus dan diperbodoh konsultan asing.
Jadi, Jakarta tidak memerlukan tanggul laut raksasa.
Usulan Belanda
Tanggul laut raksasa adalah proyek peninggalan Gubernur DKI Jakarta Fauzi
Bowo, diusulkan konsultan Belanda. Mereka menyebutnya Sea Dike Plan Tahap III,
dibangun tahun 2020-2030. Sesuai permintaan Gubernur DKI Jakarta yang
baru, Joko Widodo,
Menko Perekonomian setuju mempercepat ide ini langsung pada tahap III tanpa
melalui tahap I dan II.
Peta tata letak menunjukkan, tanggul laut raksasa Jakarta tidak sama dengan
Palm Island Project di Dubai yang jadi acuan Wakil Gubernur DKI Basuki Tjahaja
Purnama. Tanggul laut raksasa dirancang dalam sistem tertutup sehingga tidak
terjadi putaran aliran air yang akan memperburuk kualitas perairan Jakarta.
Juga tidak tampak akses keluar untuk Pelabuhan Perikanan Nusantara sehingga
fasilitas yang sangat penting ini harus ditutup. Karena itu, keputusan untuk
mempercepat proyek tanggul laut raksasa perlu dikaji ulang.
Selain akan berdampak pada sulitnya Pembangkit Listrik Muara Karang
mendapatkan air pendingin, ditutupnya Teluk Jakarta juga menyulitkan jalur pipa
untuk pasokan gas dan minyak. Karena itu, sekali lagi, rencana ini harus dikaji
saksama. Pipa yang ada belum tentu mampu menahan beban tanggul, apalagi
mengantisipasi risiko penurunan tanah di tanggul itu.
Aliran sungai
Mari kita lanjutkan uraian dengan melihat skema aliran air sungai ke laut
setelah tanggul laut raksasa dibangun. Dari tata letak yang disajikan dalam
laporan Jakarta Coastal Defense Strategy, tampak bahwa untuk mempertahankan
muka air di dalam tanggul diperlukan pompa yang harus bekerja tanpa henti.
Bila pompa rusak, Jakarta akan tenggelam. Ini bila kita menggunakan
skenario terburuk laju penurunan 10 cm per tahun. Diperkirakan, penurunan muka
tanah sepanjang 2010-2030 adalah sekitar 2 meter.
Tinggi Sea Dike 3 ternyata tak sesuai. Kenyataannya, Sea Dike 3 akan
dibangun pada kedalaman lebih dari 8 meter, tak hanya 3 meter seperti yang
disampaikan konsultan Belanda. Karena itu, Pemerintah Indonesia harus hati-hati
mengkaji ide ini.
Jika ukuran Sea Dike 3 disesuaikan dengan kedalaman air di jalur tanggul
laut raksasa tampaklah ukuran tanggul laut raksasa sangat besar bila
dibandingkan dengan hanya membuat tanggul di sepanjang pantai yang, menurut
saya, merupakan solusi lebih masuk akal dan murah. Tentu saja ketinggian
tanggul disesuaikan laju penurunan tanah.
Dari segi biaya, pembuatan tanggul jauh lebih murah. River dike versi
penulis hanya lebih tinggi 1 meter dibandingkan river dike versi konsultan
Belanda. River dike yang lebih tinggi juga berarti menampung air tawar
lebih banyak.
Pembaca bisa melihat dengan jelas, sistem yang saya usulkan tak memerlukan
pompa untuk mengalirkan air sungai ke laut karena memanfaatkan gravitasi.
Tanggul sepanjang pantai tidak memerlukan pompa untuk mengalirkan air
sungai ke laut. Murah dan tidak perlu menutup fasilitas yang sudah ada.
Sekali lagi bisa disimpulkan, Jakarta tidak memerlukan tanggul laut
raksasa. Jakarta cukup membuat tanggul sepanjang pantai pada daerah yang
mengalami penurunan tanah dan mempertinggi tanggul sungai. Jakarta harus segera
melarang reklamasi pantai karena akan memperparah banjir di kawasannya.
Muslim Muin Ketua Kelompok Teknik Kelautan Institut
Teknologi Bandung
Buka Data Kajian
Pembangunan “Giant Sea Wall”
Sumber: kompas.com
Leave a reply
This entry was posted in Berita and tagged Giant Sea Wall on October 15, 2014.
Untung Rugi Tanggul Jakarta
Sumber: kompas.com
Leave a reply
This entry was posted in Berita and tagged Giant Sea Wall on October 15, 2014.
Untung Rugi Tanggul Jakarta
KOMPAS.com – Peneliti kealutan dari Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi (BPPT), Widjo Kongko, meminta agar data hasil uji
kelayakan giant sea wall serta data
lebih detail tentang laju penurunan tanah di Jakarta dibuka kepada kalangan
ilmuwan.
Widjo
mengungkapkan bahwa data tersebut bermanfaat sehingga kalangan ilmuwan bisa
memberikan rekomendasi terkait rencana pembangunan tanggul raksasa yang
dikatakan untuk mengatasi rob.
“Terutama
data hasil kajian tim Belanda,” kata Widjo. Data laju penurunan tanah dan lainnya
dinyatakan dimiliki oleh pihak Kementerian Koordinator Perekonomian. “Tapi
sampai sekarang juga belum di-share,” imbuhnya.
Dihubungi Kompas.com, Senin (6/10/2014), Widjo mengungkapkan
bahwa untuk bisa memberikan rekomendasi, kalangan ilmuwan membutuhkan data
detail. Data akan membantu kalangan ilmuwan melakukan pengkajian risiko dan
menentukan alternatif solusi.
Sebelumnya,
Widjo mengungkapkan bahwa pembangunan giant sea wall berpotensi
merugikan dan sia-sia. Pembangunan tanggul tak bakal mengatasi banjir namun
justru menurunkan kualitas air, meningkatkan muka air laut, dan merusak
lingkungan.
Pemodelan
yang dilakukan Widjo menunjukkan, pembangunan tanggul menaikkan muka air laut
setinggi 0,5-1 meter selama 14 hari pada dua skenario dua musim ekstrem. Kualitas
air menurun, ditandai dengan kenaikan biological oxygen demand (BOD)
lebih dari 100 persen, penurunan dissolved oxygen (DO)
lebih dari 20 persen, dan penurunan salinitas air lebih dari 3 persen.
Widjo
menilai, pembangunan giant sea wall untuk
mengatasi banjir rob salah kaprah. Masalahnya, banjir rob Jakarta lebih
disebabkan oleh penurunan tanah akibat eksploitasi air berlebihan.
Editor:
Yunanto Wiji Utomo
Wacana
pembangunan tanggul laut raksasa Jakarta dan reklamasi dalam bentuk pulau-pulau
muncul pada era Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo, dengan usulan datang dari
konsultan Belanda. Awalnya disebut Sea Dike Plan Tahap III dan akan dibangun
pada 2020-2030.
Proyek itu
lalu dimasukkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) DKI untuk 2010-2030.
Disebutkan, untuk mengatasi pasang naik air laut yang semakin tinggi karena
pemanasan global, akan dibangun pulau-pulau dengan cara reklamasi. Pulau itu
akan dilengkapi tanggul laut raksasa.
Belakangan,
proyek yang kini disebut ”Pembangunan Pesisir Terpadu Ibu Kota Negara” juga
dimaksudkan untuk menyediakan sumber air bersih. Asumsinya, tanggul akan terisi
air tawar dari 13 sungai yang bermuara di dalamnya. Dengan penyediaan air baku,
diharapkan penyedotan air tanah pemicu penurunan daratan hingga 10 cm per tahun
dapat dihentikan.
Dengan
alasan itu pula, pada Juni 2013, pemerintah pusat bersama Pemprov DKI Jakarta,
Jawa Barat, dan Banten bersepakat mempercepat proyek itu. ”Untuk giant sea
wall, dari jadwal awalnya tahun 2020, akan ground breaking pada
2014,” kata mantan Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa, di Jakarta,
seperti dikutip Kompas, Kamis (7/3/2013).
Percepatan
dilakukan karena mendesaknya kebutuhan fasilitas itu, yaitu dipicu penurunan
permukaan tanah di pesisir DKI yang akan mencapai 4 meter pada 2020.
Namun,
menurut Muslim Muin, ahli oseanografi yang juga mantan Kepala Program Studi
Kelautan Institut Teknologi Bandung (ITB), percepatan itu lebih karena besarnya
minat swasta. Tak hanya menjadi infrastruktur pengendali banjir, proyek itu
memang disiapkan menghasilkan lahan reklamasi hingga 4.000 hektar.
Gubernur DKI
Joko Widodo, yang juga presiden terpilih, mengakui besarnya minat pihak swasta.
”Tanggul laut memang menarik secara bisnis dan komersial sehingga banyak yang
mau terlibat. Tidak hanya satu dua pihak, tetapi banyak,” kata Jokowi (Kompas, 7/3/2013).
Kamis
(9/10/2014), pemancangan tiang pertama itu akhirnya dilakukan, menandai
pembangunan tanggul laut sepanjang 32 kilometer atau Tahap I dari tiga lapis
tanggul. Dari panjang itu, pemerintah pusat dan Pemprov DKI hanya akan
menanggung pembiayaan 8 kilometer dengan dana Rp 3,5 triliun. Sisanya, 24 km
dibiayai swasta pemegang konsesi lahan reklamasi.
Ketua Umum
Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia Bernardus Djonoputro mengkritik model
pembangunan itu. ”Menggantungkan pembangunan infrastruktur dasar kepada swasta
merupakan cara berpikir keliru. Logikanya, swasta mau masuk pasti kalau
menguntungkan bisnis mereka,” tuturnya.
Dengan cara
pikir swasta, tidak mengherankan jika proyek cenderung meminggirkan kepentingan
masyarakat, utamanya nelayan di pesisir. ”Itu berpotensi memicu kesenjangan
luar biasa besar antara penduduk asli Jakarta dan pelaku ekonomi baru yang akan
muncul di pulau-pulau reklamasi ini. Apakah itu sudah dikaji dampaknya?” kata
Djonoputro.
Berdasarkan
data dari Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara), sedikitnya 16.855
nelayan akan tergusur.
Setiap
pembangunan kota perlu diukur manfaat dan dampaknya bagi warga, demikian pula
rencana pembangunan tanggul laut raksasa di Teluk Jakarta. Siapa akan menangguk
untung dan siapa kelak yang menanggung dampak buruknya harus terjelaskan kepada
publik karena kota dibangun untuk warga, bukan segelintir elite, seperti
politisi atau pebisnis.
Setiap
pembangunan kota perlu diukur manfaat dan dampaknya bagi warga, demikian pula
rencana pembangunan tanggul laut raksasa di Teluk Jakarta. Siapa akan menangguk
untung dan siapa kelak yang menanggung dampak buruknya harus terjelaskan kepada
publik karena kota dibangun untuk warga, bukan untuk segelintir elite, seperti
politisi atau pebisnis.
Menurut
Muslim Muin, ahli oseanografi yang juga mantan Kepala Program Studi Kelautan
Institut Teknologi Bandung (ITB), tanggul laut raksasa bukan jawaban masalah
Jakarta. Sebaliknya, tanggul ini berpotensi membawa banyak masalah baru.
Jika
alasannya mengatasi banjir rob, kata Muslim, yang dibutuhkan adalah tanggul
pesisir. ”Saya setuju daratan Jakarta mengalami penurunan signifikan. Karena
itu, perlu ditanggul bagian pesisir yang menurun itu, selain juga perlu
menanggul sungai-sungainya,” ungkapnya.
Pembuatan
tanggul laut, kata Muslim, dilakukan lebih untuk melindungi 17 pulau reklamasi.
Itulah mengapa pihak swasta yang mendapat konsesi lahan reklamasi bersemangat.
Alasan
menyediakan air bersih lebih tak masuk akal. ”Debit air yang masuk Teluk
Jakarta dari 13 sungai rata-rata 300 meter kubik per detik. Kebutuhan air
Jakarta hanya 30 meter kubik per detik. Artinya, ada 270 meter kubik harus
dipompa keluar, itu energi memompanya pakai apa?” katanya. ”Kalau mau ambil air
untuk bahan baku air bersih, lebih masuk akal dari sungai di bagian hulu.”
Total biaya
untuk memompa air dari tanggul dan meningkatkan kualitas air dalam tanggul,
menurut hitungan Muslim, 600 juta dollar AS per tahun. ”Kalau alasannya
kenaikan muka air laut, Singapura dan Malaysia juga terancam. Apakah mereka
membuat tanggul laut? Tidak, karena kenaikan muka air laut tidak signifikan.”
Wacana lama
Wacana
pembangunan tanggul laut raksasa Jakarta dan reklamasi dalam bentuk pulau-pulau
muncul pada era Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo, dengan usulan datang dari
konsultan Belanda. Awalnya disebut Sea Dike Plan Tahap III dan akan dibangun
pada 2020-2030.
Proyek itu
lalu dimasukkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) DKI untuk 2010-2030.
Disebutkan, untuk mengatasi pasang naik air laut yang semakin tinggi karena
pemanasan global, akan dibangun pulau-pulau dengan cara reklamasi. Pulau itu
akan dilengkapi tanggul laut raksasa.
Belakangan,
proyek yang kini disebut ”Pembangunan Pesisir Terpadu Ibu Kota Negara” juga
dimaksudkan untuk menyediakan sumber air bersih. Asumsinya, tanggul akan terisi
air tawar dari 13 sungai yang bermuara di dalamnya. Dengan penyediaan air baku,
diharapkan penyedotan air tanah pemicu penurunan daratan hingga 10 cm per tahun
dapat dihentikan.
Dengan
alasan itu pula, pada Juni 2013, pemerintah pusat bersama Pemprov DKI Jakarta,
Jawa Barat, dan Banten bersepakat mempercepat proyek itu. ”Untuk giant sea wall, dari jadwal awalnya tahun 2020,
akan groundbreaking pada 2014,” kata mantan Menteri
Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa, di Jakarta, seperti dikutip Kompas, Kamis (7/3/2013).
Gubernur DKI
Joko Widodo, yang juga presiden terpilih, mengakui besarnya minat pihak swasta.
”Tanggul laut memang menarik secara bisnis dan komersial sehingga banyak yang
mau terlibat. Tidak hanya satu dua pihak, tetapi banyak,” kata Jokowi (Kompas, 7/3/2013).
Kamis
(9/10/2014), pemancangan tiang pertama itu akhirnya dilakukan, menandai
pembangunan tanggul laut sepanjang 32 kilometer atau Tahap I dari tiga lapis
tanggul. Dari panjang itu, pemerintah pusat dan Pemprov DKI hanya akan
menanggung pembiayaan 8 kilometer dengan dana Rp 3,5 triliun. Sisanya, 24 km
dibiayai swasta pemegang konsesi lahan reklamasi.
Sejak
awal, proyek giant sea wall Jakarta seperti hendak meniru
tanggul laut Belanda, negeri yang sebagian besar daratannya di bawah permukaan
laut. Tanggul laut raksasa di Belanda dibangun setelah negeri itu dilanda badai
laut berketinggian air 30 meter pada 1953.
Air yang
hampir beku menerjang kota, menewaskan 1.835 orang, memaksa 110.000 warga
mengungsi. Tiga belas tanggul raksasa dibangun bertahap selama 39 tahun sejak
saat itu. ”Indonesia tidak memiliki badai laut,” kata Muslim Muin, ahli
oseanografi yang juga mantan Kepala Program Studi Kelautan Institut Teknologi
Bandung (ITB).
Belakangan,
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melirik tanggul laut raksasa Samangeum, Korea
Selatan. Namun, tanggul laut terpanjang di dunia itu bukan tanpa masalah.
Setelah terhenti dua tahun karena protes keras masyarakatnya, tanggul laut 33,9
km itu selesai dibangun pada 2006.
Riset Hye
Kyung Lee dari Seoul National University (2013), kualitas air yang
digelontorkan dari dua sungai ke dalam tanggul ternyata tercemar industri
pertanian dan peternakan di hulu. Akibatnya, ide sebagai sumber air bersih tak
terwujud.
Bagaimana
dengan Teluk Jakarta, muara 13 sungai yang tercemar? Riset Badan Pengkajian
Dinamika Pantai Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPDP BPPT) menyebut,
pembangunan tanggul laut akan menaikkan muka air di dalam tanggul hingga 0,5-1
meter setelah 14 hari simulasi. Arus air di dalam tanggul juga mengecil
sehingga kualitas air dalam tanggul memburuk secara progresif.
Peneliti
BPDP BPPT, Widjo Kongko, menyebut, penurunan kualitas air itu ditandai dengan
perubahan signifikan parameter lingkungan, seperti kenaikan biological oxygen demand (BOD) lebih dari 100
persen, penurunan dissolved oxygen (DO) lebih
dari 20 persen, dan penurunan salinitas air lebih dari 3 persen.
Widodo
Pranowo, peneliti pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Laut dan
Pesisir Kementerian Kelautan dan Perikanan, mengatakan, proyek itu akan
berdampak ekologis, bukan hanya terhadap pesisir Jakarta dan Kepulauan Seribu,
melainkan juga hingga Banten. ”Tanggul ini bisa menjadi comberan raksasa,”
katanya.
Selain itu,
tanggul akan menyebabkan perubahan arus laut dan akan menggerus beberapa pulau
di Pulau Seribu, salah satunya Pulau Onrust. Adapun dampak di pesisir Serang,
Banten, seperti dikemukakan Kepala Kelompok Peneliti Kerentanan Pesisir KKP
Semeidi Husrin, berpotensi merusak pesisir Banten karena pasir reklamasi Teluk
Jakarta dari Banten.
Jadi,
seharusnya yang dipikirkan dulu adalah menata air di hulu, bukan bendung di
hilir. Tanggul laut Jakarta untuk siapa?
Untuk siapa?
Setiap
pembangunan kota perlu diukur manfaat dan dampaknya bagi warga, demikian pula
rencana pembangunan tanggul laut raksasa di Teluk Jakarta. Siapa akan menangguk
untung dan siapa kelak yang menanggung dampak buruknya harus terjelaskan kepada
publik karena kota dibangun untuk warga, bukan segelintir elite, seperti
politisi atau pebisnis.
Wacana
pembangunan tanggul laut raksasa Jakarta dan reklamasi dalam bentuk pulau-pulau
muncul pada era Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo, dengan usulan datang dari
konsultan Belanda. Awalnya disebut Sea Dike Plan Tahap III dan akan dibangun
pada 2020-2030.
Proyek itu
lalu dimasukkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) DKI untuk 2010-2030.
Disebutkan, untuk mengatasi pasang naik air laut yang semakin tinggi karena
pemanasan global, akan dibangun pulau-pulau dengan cara reklamasi. Pulau itu
akan dilengkapi tanggul laut raksasa.
Belakangan,
proyek yang kini disebut ”Pembangunan Pesisir Terpadu Ibu Kota Negara” juga dimaksudkan
untuk menyediakan sumber air bersih. Asumsinya, tanggul akan terisi air tawar
dari 13 sungai yang bermuara di dalamnya. Dengan penyediaan air baku,
diharapkan penyedotan air tanah pemicu penurunan daratan hingga 10 cm per tahun
dapat dihentikan.
Dengan
alasan itu pula, pada Juni 2013, pemerintah pusat bersama Pemprov DKI Jakarta,
Jawa Barat, dan Banten bersepakat mempercepat proyek itu. ”Untuk giant sea
wall, dari jadwal awalnya tahun 2020, akan groundbreaking pada
2014,” kata mantan Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa, di Jakarta,
seperti dikutip Kompas, Kamis (7/3/2013).
Gubernur DKI
Joko Widodo, yang juga presiden terpilih, mengakui besarnya minat pihak swasta.
”Tanggul laut memang menarik secara bisnis dan komersial sehingga banyak yang
mau terlibat. Tidak hanya satu dua pihak, tetapi banyak,” kata Jokowi (Kompas, 7/3/2013).
Kamis
(9/10/2014), pemancangan tiang pertama itu akhirnya dilakukan, menandai
pembangunan tanggul laut sepanjang 32 kilometer atau Tahap I dari tiga lapis
tanggul. Dari panjang itu, pemerintah pusat dan Pemprov DKI hanya akan
menanggung pembiayaan 8 kilometer dengan dana Rp 3,5 triliun. Sisanya, 24 km
dibiayai swasta pemegang konsesi lahan reklamasi.
Kesimpulan Tugas 6 Keberlanjutan
Pengelolahan Perkotaan
Kota
berkelanjutan adalah suatu dae-rah perkotaan yang mampu berkompetisisecara
sukses dalam pertarungan ekonomiglobal dan mampu pula mempertahankanvitalitas
budaya serta keserasian lingku-ngan (Research Triangle Institute, 1996dalam
Budihardjo dan Sujarto, 2005).Lima prinsip dasar kota berkelanjutan:Environment
(Ecology), Economy (Em- ployment), Equity, Engagement danEnergy.
Suatu kota telah memenuhikriteria pembangunan berkelanjutan dapatdiidentifikasi
berdasarkan ciri-ciri sebagai berikut:-
Ditemukan
suatu masyarakat yang perduli dan melakukan kegiatan ber-orientasi
keberlanjutan ekologis.-
Berkelanjutan
tidak selalu berarti ba-nyak memproduksi atau mengkonsum-si, tetapi mampu
memilih kapan harus banyak dan kapan harus sedikit.-
Kesetaraan
sosial merupakan prinsipdasar dalam aspek ekologis bagi kota.Prinsip ini akan
menempatkan kondisikompetisi, dan seleksi alam secara le- bih
berkemanusiaan.-
Krisis
terhadap lingkungan merupa-kan krisis terhadap kreativitas.
Bila permasalahan lingkungan belum me-nemukan solusi, maka
terdapat keku-rangan kreativitas. Dengan demikian perlu peningkatan partisipasi anggotamasyarakat
untuk meningkatkan kre-atifitas tersebut.-
Keberlanjutan
ekologis tidak saja ter-kait dengan isu lokal melainkan jugamenyelaraskan
dengan isu global.Perwujudan pembangunan berkelanjutandi Indonesia, khususnya
oleh pemerintahdi wilayah perkotaan dapat dijelaskan me-lalui langkah-langkah
yang sudah diambil,meliputi:
Jurnal
Ilmiah Teknik Sipil
Vol. 15, No. 2, Juli 2011
120
Bidang
Lingkungan:
-perlindungan dan konservasi sumber daya
alam.
-pembangunan
wilayah pesisir dan lautterpadu.
-peningkatan pelaksanaan pengawasandan
pengendalian, penegakan hukum, peningkatan kelembagaan serta saranadan
prasarana pengawasan.
-peningkatan
konservasi dan rehabilita-si sumber daya kelautan dan perika-nan.
-peningkatan adaptasi dan mitigasi ter-hadap
dampak perubahan iklim.
-pengembangan peralatan pemantauankualitas
air.-
pelaksanaan
Program Langit Biru, pro-gram Proper, Program Kali Bersih(Prokasih),
Pengelolaan Limbah Do-mestik dan Usaha Skala Kecil, Penge-lolaan Sampah
Terpadu,
PengelolaanB3 dan Limbah; penegakan hukum pi-dana dan perdata serta
administrasilingkungan.-
telah
disusunnya Undang-Undang No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungandan Pengelolaan
Lingkungan Hidup,yang memuat substansi antara lain (1)Rencana Perlindungan dan
Pengelola-an Lingkungan Hidup, (2) KajianLingkungan Hidup Strategis (KLHS),(3)
Penegasan Pengaturan B3, (4) Pe-nguatan AMDAL dan UKL-UPL, (5)Izin Lingkungan,
(6) Instrumen Eko-nomi Lingkungan, (7)
Eco
Region
,
(8)Penguatan Masyarakat Adat dan Kea-rifan Lokal dalam Perlindungan
danPengelolaan Lingkungan, (9) LegislasiHijau, (10) Anggaran berbasis Lingku-ngan,
(11) Penguatan Pejabat Penga-was Lingkungan Hidup (PPLH), (12)Penguatan Audit
Lingkungan, dan(13) Penguatan Penyidik Pegawai Ne-geri Sipil (PPNS).
Bidang
Sosial:
-Penanggulangan
kemiskinan.
-Pemberdayaan
masyarakat sipil
.-Pelaksanaan
musrenbang tingkat desa,kecamatan, kabupaten/kota, provinsidan nasional.-
Meningkatkan
tingkat pendidikan ma-syarakat Indonesia.
Bidang
Ekonomi:
-Pengendalian
inflasi.
-Konsolidasi
fiskal.
-Stimulus
fiscal, dan
-Memperkuat
ketahanan sektor keua-ngan domestik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar