Selasa, 10 Oktober 2017

ARSITEK LINGKUNGAN

PENGERTIAN ARSITEKTUR DAN LINGKUNGAN

Pengertian Arsitektur
        Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang dan membangun keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yaituperencanaan kota, perencanaan perkotaan, arsitektur lansekap, hingga ke level mikro yaitu desain bangunan, desain parabot dan desain produk. Arsitektur juga merujuk kepada hasil-hasil proses perancangan tersebut.


Pengertian Lingkungan

      Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan, dengan kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia seperti keputusan bagaimana menggunakan lingkungan fisik tersebut.
     Bagi sebagian besar orang, waktu mereka dihabiskan untuk terlibat dalam organisasi baik formal maupun informal. Sejak kita memasuki masa sekolah hingga hidup bermasyarakat, tentunya banyak sekali kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti, seperti kelompok paduan suara, tim olahraga, kelosmpok musik atau drama, organisasi keagamaan di lingkungan tempat tinggal, atau juga bisnis. 
     Organisasi formal merupakan sistem tugas, hubungan, wewenang, tanggung jawab, dan pertanggung jawaban yang dirancang oleh manajemen agar pekerjaan dapat dilakukan. Sedangkan organisasi informal adalah suatu hubungan jaringan pribadi dan sosial yang mungkin tidak dilakukan atas dasar hubungan wewenang formal. Organisasi informal dapat terbentuk di dalam perusahaan karena adanya interaksi antar karyawan, contohnya kelompok arisan pada suatu kantor. Organisasi informal muncul karena adanya kebutuhan pribadi dan kelompok dalam suatu organisasi. 

     Organisasi formal merupakan sistem tugas, hubungan, wewenang, tanggung jawab, dan pertanggung jawaban yang dirancang oleh manajemen agar pekerjaan dapat dilakukan. Sedangkan organisasi informal adalah suatu hubungan jaringan pribadi dan sosial yang mungkin tidak dilakukan atas dasar hubungan wewenang formal. Organisasi informal dapat terbentuk di dalam perusahaan karena adanya interaksi antar karyawan, contohnya kelompok arisan pada suatu kantor. Organisasi informal muncul karena adanya kebutuhan pribadi dan kelompok dalam suatu organisasi. 


Seorang arsitek, adalah seorang ahli di bidang ilmu arsitektur, ahli rancang bangun atau ahli lingkungan binaan.
          Istilah arsitek seringkali diartikan secara sempit sebagai seorang perancang bangunan, adalah orang yang terlibat dalam perencanaan, merancang, dan mengawasi konstruksi bangunan, yang perannya untuk memandu keputusan yang mempengaruhi aspek bangunan tersebut dalam sisi astetika, budaya, atau masalah sosial. Definisi tersebut kuranglah tepat karena lingkup pekerjaan seorang arsitek sangat luas, mulai dari lingkup interior ruangan, lingkup bangunan, lingkup kompleks bangunan, sampai dengan lingkup kota dan regional. Karenanya, lebih tepat mendefinisikan arsitek sebagai seorang ahli di bidang ilmu arsitektur, ahli rancang bangun atau lingkungan binaan.
Arti lebih umum lagi, arsitek adalah sebuah perancang skema atau rencana.
"Arsitek" berasal dari Latin architectus, dan dari bahasa Yunani: architekton (master pembangun), arkhi (ketua) +tekton (pembangun, tukang kayu).
Dalam penerapan profesi, arsitek berperan sebagai pendamping, atau wakil dari pemberi tugas (pemilik bangunan). Arsitek harus mengawasi agar pelaksanaan di lapangan/proyek sesuai dengan bestek dan perjanjian yang telah dibuat. Dalam proyek yang besar, arsitek berperan sebagai direksi, dan memiliki hak untuk mengontrol pekerjaan yang dilakukan kontraktor. Bilamana terjadi penyimpangan di lapangan, arsitek berhak menghentikan, memerintahkan perbaikan atau membongkar bagian yang tidak memenuhi persyaratan yang disepakati.
Namun dalam penerapan pekerjaan arsitektur jarang yang memperhatikan dampak lingkungan binaan sekitar


konsep arsitek terhadap lingkungan


1.                  Memperhatikan hubungan antara ekologi dan arsitektur, yaitu hubungan antara massa bangunan dengan makhluk hidup yang ada disekitar lingkungannya, tak hanya manusia tetapi juga flora dan faunanya. Arsitektur sebagai sebuah benda yang dibuat oleh manusia harus mampu menunjang kehidupan dalam lingkugannya sehingga memberikan timbal balik yang menguntungkan untuk kedua pihak. Pendekatan ekologis dilakukan untuk menghemat dan mengurangi dampak  – dampak negatif yang ditimbulkan dari terciptanya sebuah massa bangunan, akan tetapi dengan memanfaatkan lingkungan sekitar. Contoh terapannya yaitu, munculnya trend green design.
2.                  Memberikan dampak pada estetika bangunan
3.                  Dapat memberikan pemecahan masalah pada tata letak bangunan atau kota.
4.                  Memperhatikan kondisi lahan yang akan dibangun. Sebagai contoh bila bangunan akan didirikan pada lahan yang memiliki kemiringam, maka dengan pendekatan ekologis bisa dicarikan solusinya seperti memperkuat pondasi, atau menggabungkan unsur alam pada lingkungan dengan bangunan yang ada sehingga semakin estetis bangunan yang tercipta.
 Contoh :
        Taman ismail marzuki, Cikini, Jakarta Pusat.

        banyaknya lingkungan hijau di site bangunan tersebut dan pembuatan taman pada atap sehingga membuat dampak positif untuk mengurangi dampak global warming.


·                     Sebagai taman hijau kota.
·                     Pembuatan the "Artificial Sungai" dibuat sepanjang sisi barat laut situs untuk membantu mengumpulkan air hujan untuk didaur ulang dan mengganti pagar sebagai batas ramah antara taman dan sekitarnya.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhy_lk8w_Eqlh08oKx7khhMeTunUYhHd2WzPjK406Ks4bTI36BhrY_5ZexyN9OKbFDstLALM2Y3R3A0InKse48rUZYt6nDU5Xa-uqhTd2JXd_hBLeWgxKI-BLef_2iujX82YslsPhgS35U/s640/Rev+2+b_resize.jpg


Konsep Arsitek lingkungan Terhadap Sosial Budaya


Pengertian Sosial

Dalam usaha beradaptasi dengan lingkungannya, manusia bekerjasama dengan sesamanya. akan tetapi kerjasama itu hanya akan berjalan baik di dalam tertib sosial budaya serta didalam wadah organisasi sosial. Organisasi sosial ini merupakan produk sosial budaya, sekaligus merupakan wadah perwujudan dan pertumbuhan kebudayaan. Di dalam organisasi sosial manusia hidup berkelompok dan mengembangkan norma sosial yang meliputi kehidupan normatif, status, kelompok asosiasi, dan institusi. Organisasi sosial mencakup aspek fungsi yang berwujud dalam aktivitas bersama anggota masyarakat dan aspek struktur. Aspek struktur terdiri dari struktur kelompok di dalam pola umum kebudayaan dan seluruh kerangka lembaga sosial.
Setiap masyarakat mempunyai 4 unsur penting yang menentukan eksistensinya yaitu struktur sosial, pengawas sosial, media sosial dan standar sosial. Struktur sosial: setiap masyarakat terdiri dari kelompok-kelompok untuk memudahkan pelaksanaan tugas;
Pengawas sosial: pengawas sosial mencakup sistem dari ketentuan-ketentuan yang mengatur kegiatan dan tindakan anggota masyarakat, pengetahuan empiris yang digunakan manusia untuk menanggulangi lingkungan, dan pengetahuan empiris yang mengatur sikap dan tingkah laku manusia seperti agama, kepercayaan, ideologi dan sebagainya.
Media sosial: Dalam pelaksanaan tugas dan kegiatan sosial, diperlukan adanya komunikasi dan relasi antar anggota masyarakat. Komunikasi dan relasi itu dilangsungkan dengan menggunakan bahasa dan alat transportasi.
Standar sosial: standar sosial merupakan ukuran untuk menilai tingkah laku anggota masyarakat serta nilai tingkah cara masyarakat mencapai tujuan.



Pengertian Kebudayaan

Kebudayaan merupakan keseluruhan cara hidup masyarakat yang perwujudannya tampak pada tingkah laku para anggotanya. kebudayaan tercifta oleh banyak faktor organ biologis manusia, lingkungan alam, lingkungan sejarah, dan lingkungan psikologisnya. Masyarakat Budaya membentuk pola budaya sekitar satu atau beberapa fokus budaya. Fikus budaya dapat berupa nilai misalnya keagamaan, ekonomi, ideologi dan sebagainya.
Setelah dikemukakan masing-masing artik kata dari sosial dan budaya, maka pengertian sosial budaya dapat dirumuskan adalah sebagai kondisi masyarakat (bangsa) yang mempunyai nilai-nilai dalam kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara yag dilandasi dengan falsafah negara kesatuan Republik Indoesia.

Ketahanan di bidang sosial budaya dimaksud menggambarkan kondisi dinamis suatu bangsa atau masyarakat, berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan pengembangan kekuatan nasional didalam menghadapi ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan dari dalam maupun dari luar yang langsung maupun tidak langsung membahayakan kelangsungan kehidupan sosial budaya bangsa dan negara.
Definisi Sosial Budaya pun dapat berkembang dan tercipta karena adanya kaitan erat antara kebudayaan dan sosial itu sendiri. Perubahan kebudayaan bisa saja terjadi akibat adanya perubahan sosial dalam masyarakat, begitu pula hal yang sebaliknya pun dapat terjadi.




Peran Sosial Budaya

·                     Sebagai pedoman dalam hubungan antara manusia dengan komunitas atau kelompoknya.
·                     Sebagai simbol pembeda antara manusia dengan binatang
·                     Sebagai petunjuk atau tata cara tentang bagaimana manusia harus berperilaku dalam kehidupan sosialnya.
·                     Sebagai modal dan dasar dalam pembangunan kehidupan manusia.



Dampak Negatif Sosial Budaya

·                     Menimbulkan kerusakan lingkungan dan kelangsungan ekosistem alam
·                     Mengakibatkan adanya kesenjangan sosial yang kemudian menjadi penyebab munculnya penyakit-penyakit sosial, termasuknya tingginya tingkat kriminalitas.
·                     Mengurangi bahkan dapat menghilangkan ikatan batin dan moral yang biasanya dekat dalam hubungan sosial antar masyarakat. 

Beberapa Contoh Bangunan Rumah Adat Yang Berkaitan dengan Sosial-Budaya

1. Pola permukiman Taneyan Lanjhang di Desa Lombang Kabupaten Sumenep

Perumahan tradisional etnis Madura dalam suatu desa lebih merupakan kumpulan dari kelompok-kelompok kecil rumah yang terpencar-pencar. Pola lingkungan yang terbentuk menyerupai hamlet, yaitu kelompok kecil rumah-rumah petani yang terletak di ladang-ladang pertanian luas yang dibatasi oleh pepohonan dan rumpun-rumpun bambu serta dihubungkan oleh jalan kecil yang berliku-liku (Tjahjono et al. 1996), dan di sekitar pekarangan rumah juga terdapat pohon-pohon, semak-semak, belukar, dan tanaman yang membuat perumahan tersebut sebagian besar tertutup pandangan mata.
Pola perumahan pada permukiman di Desa Lombang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pola perumahan Taneyan Lanjhang dan pola perumahan selain Taneyan Lanjhang/linier mengikuti jalan. Karakteristik fisik perumahan dengan pola Taneyan Lanjhang yang terdapat di Desa Lombang memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Tipologi pola perumahan Taneyan Lanjhang di Desa Lombang berdasarkan hasil temuan, antara lain: a. Taneyan sebagai poros yang menghadap ke arah barat; b. Langgar (bagian paling barat taneyan); c. Rumah kerabat yang berada dalam suatu taneyan menghadap utara-selatan; d. Rumah tongghu (menghadap ke arah selatan); e. Arah penambahan bangunan (ke timur); f. Dapur (bangunan tersendiri); dan g. Bangunan tambahan lainnya (kamar mandi, kandang).

Hasil temuan tipologi pola susunan taneyan di Desa Lombang dapat diklasifikasikan menjadi 5 (lima) pola perumahan, antara lain Tipologi I (pola perumahan Madura asli), merupakan pola perumahan taneyan lanjhang dengan kelengkapan rumpun taneyan; Tipologi II, merupakan pola perumahan Taneyan Lanjhang yang letak rumah tongghunya menyimpang (tidak menghadap ke selatan) atau arah penambahan bangunan menyimpang (tidak ke arah timur), atau tidak memiliki bangunan dapur tersendiri atau ketiga-tiganya; Tipologi III, merupakan pola perumahan Taneyan Lanjhang yang tidak memiliki bangunan langgar dan dapur dalam kelengkapan rumpun taneyan-nya; Tipologi IV, merupakan pola perumahan Taneyan Lanjhang seperti kriteria tipologi pada tipologi II, dan dalam kelengkapan rumpun taneyan-nya arah hadap rumah tongghu yang menyimpang (tidak menghadap ke selatan dan atau arah penambahan bangunan tidak ke arah timur); Tipologi V, merupakan pola perumahan Taneyan Lanjhang yang rumah tongghu-nya tidak menghadap ke selatan dan atau arah penambahan bangunannya tidak ke arah timur.


2.   Permukiman Suku Batak Mandailing

Pembagian wilayah kampung di Mandailing merupakan sebuah pola grid yang ditandai oleh adanya jalan-jalan setapak yang membelah kawasan permukiman. Orientasi bangunan semuanya menghadap ke jalan-jalan yang ada. Pada awal terbentuknya perkampungan Mandailing, terdapat beberapa lapis bangunan rumah. Lapisan pertama merupakan bangunan hunian kerabat raja, yaitu sebagai berikut: a. Kahanggi adalah kelompok keluarga semarga atau yang mempunyai garis keturunan yang sama satu dengan lainnya di dalam sebuah huta (kampung) dan merupakan bona bulu, yaitu pendiri kampung. Kahanggi terdiri atas 3 bagian besar yang biasanya disebut namora-mora huta, yaitu suhut, hombar suhut, dan kahanggi pareban; b. Anak boru adalah kelompok keluarga yang dapat atau yang mengambil istri dari kelompok suhut. Anak boru juga berarti penerima anak perempuan; c. Mora adalah kelompok keluarga pemberi anak perempuan; dan d. Lapisan berikutnya merupakan bangunan-bangunan hunian rakyat biasa. Hal ini disesuaikan dengan status sosial yang diatur oleh adat atau yang dikenal dengan sebutan Dalihan na Tolu. Estimasi pola tatanan kampung di Mandailing dari hasil penelitian Fithri dalam Nuraini (2004:16).
Peletakan tiap elemen pada huta, didasarkan pada tiga aspek yang juga menjadi hierarki, yaitu (a) kosmologi Banua, (b) sistem kepercayaan yang berkaitan dengan sungai dan matahari, dan (c) kondisi alam yang meliputi ketinggian atau kontur tanah dan keadaan sekitarnya, seperti letak dan orientasi rumah-rumah. Objek fisik ditentukan letaknya berdasarkan zona yang sesuai, lalu orientasi ditentukan berdasarkan letak sungai dan kedudukan matahari. Jika kondisi alam tidak memungkinkan, orientasi dapat berubah, dengan syarat tidak membelakangi matahari. Matahari secara keseluruhan dianggap sebagai sumber kehidupan, sehingga jika rumah membelakanginya, maka penghuni rumah akan mendapatkan kesulitan atau sial. Dalam hal ini, penerapan konsep Banua dan kepercayaan terhadap sungai dalam menentukan arah orientasi di dalam huta sangat konsisten, sedangkan sistem kepercayaan terhadap matahari sangat tergantung pada kondisi alam.


3.   Permukiman Tradisional Kaero Kecamatan Sanggalla, Toraja.

Permukiman tradisional Kaero dapat dikategorikan dalam tipe permukiman yang berada di dataran tinggi. Rumah-rumah hunian penduduk dalam permukiman sebagian besar adalah rumah panggung di bangun berpencar dari lereng hingga lembah bukit, namun jarak antara rumah yang satu dengan yang lainnya berdekatan. Tongkonan dan lumbung (alang) dibangun menghadap utara selatan, sedangkan rumah-rumah penduduk tidak semuanya menghadap ke utara. Area pemukiman Kaero tertutup oleh pohon bambu dan cemara yang tumbuh dengan subur dan lebat di sekitar permukiman.
Elemen-elemen dalam permukiman tradisional, seperti tongkonan, lumbung (alang), kandang, kebun (pa’la’), rante, sawah, dan liang menggambarkan kondisi dari pemukiman aslinya. Dalam permukiman tradisional Kaero terdapat dua tongkonan, yaitu Tongkonan Kaero dan Tongkonan Buntu Kaero. Lokasi Tongkonan Kaero berada di lereng bukit, sedangkan Tongkonan Buntu Kaero terletak di atas bukit sebelah selatan dan tidak jauh lokasinya dari lokasi Tongkonan Kaero. Tongkonan Buntu Kaero dan Tongkonan Kaero tidak dibangun dalam waktu yang bersamaan. Tongkonan yang mula-mula dibangun di Kaero adalah Tongkonan Buntu Tongko yang merupakan cikal bakal pusat permukiman di Kaero, baru kemudian dibangun Tongkonan Kaero. Di sekitar kedua tongkonan tersebut terdapat rumah-rumah kediaman oleh penduduk yang masih terikat secara kekeluargaan atau keturunan dari pemilik tongkonan tersebut.



Strategi Pembangunan Bidang Sosial budaya

            Pembangunan bidang sosial budaya  merupakan hal yang tidak mudah, karena terkait dengan persoalan filsafat hidup bangsa, pandangan hidup masyarakat, persepsi, cara berfikir, sistem nilai dan orientasi pada masyarakat. Sasaran dari pembangunan bidang sosial budaya adalah  membangun negara bangsa  sehingga menjadi negara modern  tanpa kehilangan jati dirinya. Dalam meyusun strategi pembangunan bidang sosial budaya, aspek yang perlu menjadi perhatian adalah (1). Bahasa, (2) adat istiadat, (3) persepsi tetang kekuasaan, (4) hubungan dengan alam, (5) locus of sistem, (6) pandangan tetnang wanita, dan (7) Sistem keluarga besar.
 Pembangunan aspek tersebut karena berorientasi pada masyarakat maka harus dikategorisasikan dalam tiga kelompok Golongan masyarakat yaitu golongan tradisional, golongan modernis dan golongan ambivalen. Golongan masyarakat ynag tradisional cenderung menolak modernisasi karena menganggap bahwa modernisasi lebih dekat pada proses “westernisasi”,  berorientasi masa lalu dan tingkat pendidikan yang masih rendah. Golongan modernis adalah golongan yang telah medapatkan pendidikan , terutama pendidikan tinggi, memiliki wawasan luas, dan berorientasi masa depan. Sedangkan Golongan ambivalen berorientasi masa sekarang, dan tidak mau bertanggung jawab dan mengambil resiko dari modernisasi.
 Strategi yang dapat ditempuh untuk melakukan pembangunan sosial budaya adalah dengan pendidikan dalam arti yang seluas-luasnya. Yang dimaksudkan dalam pendidikan yang seluas-luasnya adalah  segala upaya yang dilakukan demi terwujudnya  masyarakat modern yang didambakan. Artinya bahwa proses pendidikan  dapat bersifat formal, informal dan non formal.



BANGUNAN HEMAT ENERGI

PENGERTIAN
Arsitektur Hemat Energi (Energy-Efficient Architecture)
Arsitektur yang berlandaskan pada pemikiran “meminimalkan penggunaan energi tanpa membatasi atau merubah fungsi bangunan, kenyamanan maupun produktivitas penghuninya” dengan memanfaatkan sains dan teknologi mutakhir secara aktif.
Mengoptimalkan sistem tata udara – tata cahaya, integrasi antara sistem tata udara buatan-alamiah, sistem tata cahaya buatan-alamiah serta sinergi antara metode pasif dan aktif dengan material dan insturumen hemat energi. Credo form follows function bergeser menjadi form follows energy yang berdasarkan pada prinsip konservasi energi (non-renewable resources). Para pelopor arsitektur ini yakni Norman Fostern, Ingenhoven Overdiek & partners.
KRITERIA
Konsep “hemat energi” bangunan memiliki implikasi langsung pada peraturan, ekonomi, permintaan energi, dan lingkungan. Definisi juga diperlukan untuk membandingkan kinerja bangunan energi atau untuk menilai mutlak hemat energi. Kami mengusulkan tiga kriteria untuk sebuah bangunan hemat energi:
bangunan harus dilengkapi dengan peralatan yang efisien dan bahan yang tepat untuk lokasi dan kondisi;
bangunan harus menyediakan fasilitas dan layanan yang sesuai dengan penggunaan bangunan yang dimaksudkan;
bangunan harus dioperasikan sedemikian rupa untuk memiliki penggunaan energi rendah dibandingkan dengan, bangunan sejenis lainnya.
Sebuah bangunan yang efisien harus, minimal, berada di atas rata-rata di tiga aspek tersebut. Ketika menetapkan standar hemat energi minimum, definisi hemat energi berdasarkan biaya siklus hidup minimum cenderung menghasilkan standar yang lebih ketat dan penghematan energi yang lebih besar daripada strategi berdasarkan menghilangkan unit paling efisien.

GREEN ARCHITECTURE (ARSITEKTUR HIJAU)
PENGERTIAN
Arsitektur hijau, secara sederhana mempunyai pengertian bangunan atau lingkungan binaan yang dapat mengurangi atau dapat melakukan efisiensi sumber daya material, air dan energi.
dalam pengertian yang lebih luas, adalah bangunan atau lingkungan binaan yang:
efisien dalam penggunaan energi, air dan segala sumber daya yang ada.
mampu menjaga keselamatan, keamanan dan kesehatan penghuninya dalam mengembangkan produktivitas penghuninya,
mampu mengurangi sampah, polusi dan kerusakan lingkungan.
PRINSIP-PRINSIP
Hemat energi : meminimalkan bahan bakar serta energi listrik dan memaksimalkan energi alam sekitar yang ada (matahari sebagai cahaya diwaktu pagi hingga sore hari)
Memperhatikan kondisi iklim : bangunan yang di desain haruslah memperhatikan kondisi iklim di sekitar site (site tersebut mempunyai curah hujan tinggi atau tidak)
Minimizing resources : penggunaan material bangunan dengan mempertimbangkan aspek perlindungan ekosistem dan sumber daya alam
Respect for site / tidak berimplikasi negatif terhadap kesehatan dan kenyamanan pengguna bangunan
Respect for user/ merespon keadaan tapak dari bangunan
Menerapkan/menggunakan prinsip-prinsip yang ada secara keseluruhan
CONTOH
UMN
Gedung New Media Tower, yang merupakan gedung terbaru Universitas Multimedia Nusantara, dirancang sebagai gedung hemat energi dengan menerapkan berbagai teknologi yang memungkinkan untuk melakukan penghematan energi dengan memanfaatkan udara alami semaksimal mungkin tanpa mengurangi kenyamanan.
Luas bangunan Gedung NMT ini sekitar 32 ribu meter persegi. Sedangkan luas total seluruh lahan yang dimiliki UMN adalah 8 hektar, dengan pemanfaatan 40 persen, atau 2,4 hektar terbangun.
Penggunaan teknologi double skin, yang terbuat dari plat aluminium berlubang, memungkinkan untuk mengontrol intensitas cahaya dan panas matahari yang masuk kedalam ruangan sehingga ruangan cukup dingin dan terang.
Alhasil, penggunaan pendingin udara bisa dikurangi sehingga bisa menghemat energi listrik. Seperti diketahui bahwa pendingin udara mengkonsumsi energi listrik terbesar pada setiap gedung.
Lubang-lubang tersebut juga berfungsi untuk sirkulasi udara sehingga koridor gedung tidak perlu menggunakan pendingin tetapi masih cukup nyaman. Di lantai bawah yang digunakan sebagai kantin dan area pertemuan mahasiswa dibuat dengan konsep terbuka menggunakan udara alami.
Selain itu, gedung ini juga memaksimalkan konservasi air dengan mendaur ulang air limbah untuk digunakan kembali dan menangkap air hujan sehingga tidak terbuang.
Memang, dengan gedung yang menggunakan lapis luar berupa aluminium yang diberi lubang-lubang, sudah pasti air hujan akan masuk sehingga membuat sisi pinggir koridor menjadi basah. Tetapi, ini adalah suatu hal yang normal, bahkan sudah dibuatkan saluran air untuk pembuangannya secara cermat.


Sumber : -http://arsitekturdanlingkungan.blogspot.co.id/2012/10/pengertian-arsitektur-dan-                                   lingkungan.html
               -https://architecturesworldea77.wordpress.com/2014/11/18/arsitektur-hemat-energi/
               -http://sitiyuliani-arsitekturr.blogspot.co.id/2012/10/arsitektur-lingkungan-aspek-                                  sosial_88.html

Nama : Haris Winando
Kelas : 4TB03
NPM : 24314805