Manusia dan Harapan
Pengertian Harapan
Harapan berasal dari kata harap yang berarti
keinginan supaya sesuatu terjadi, sehingga harapan dapat diartikan sesuatu yang
diinginkan dapat terjadi. Yang dapat disimpulkan harapan itu menyangkut
permasalahan masa depan.
Setiap manusia mempunyai harapan. Manusia
yang tanpa harapan, berarti manusia itu mati dalam hidup. Orang yang akan
meninggal sekalipun mempunyai harapan, biasanya berupa pesan – pesan kepada
ahli warisnya.
Harapan tersebut tergantung pada pengetahuan,
pengalaman, lingkungan hidup dan kemampuan masing – masing. Misalnya, Budi
hanya mampu membeli sepeda, biasanya tidak mempunyai harapan untuk membeli
mobil. Seorang yang mempunyai harapan yang berlebihan terkadang akan berakibat
menjadi tertawaan orang banyak seperti pribahasa “Si pungguk merindukan bulan”,
walaupun tidak ada yang tidak mungkin didunia ini bila Tuhan berkehandak.
Harapan harus berdasarkan kepercayaan, baik
kepercayaan pada diri sendiri, maupun kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Agar harapan dapat terwujud, maka diperlukan usaha dengan sungguh – sungguh,
berdoa dan pada akhirnya bertawakal agar harapan itu dapat terwujud.
A.
Persamaan
Harapan dan Cita-cita
Harapan berasal dari kata harap yang berarti
keinginan supaya sesuatu terjadi; sehingga harapan berarti sesuatu yang
diinginkan dapat terjadi. Dengan demikian harapan menyangkut masa depan.
Setiap manusia mempunyai harapan. Manusia
yang tanpa harapan, berarti manusia itu mati dalam hidup. Orang yang akan
meninggal sekalipun mempunyai harapan, biasanya berupa pesan-pesan kepada ahli
warisnya. Harapan tersebut tergantung pada pengetahuan, pengalaman, lingkungan
hidup, dan kemampuan masing-masing. Berhasil atau tidaknya suatu harapan
tergantung pada usaha orang yang mempunyai harapan. Harapan harus berdasarkan
kepercayaan, baik kepercayaan pada diri sendiri, maupun kepercayaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa. Agar harapan terwujud, maka perlu usaha dengan
sungguh-sungguh. Manusia wajib selalu berdoa. Karena usaha dan doa merupakan
sarana terkabulnya harapan.
Cita-cita merupakan Impian yang disertai
dengan tindakan dan juga di berikan batas waktu. Jadi kalau kita bermimpi untuk
menjadi netpreneur yang sukses, ya… harus di sertai tindakan jangan cuma
berandai-andai saja. Serta jangan lupa di berikan target waktu sehingga kita
punya timeline kapan hal tersebut kita inginkan terealiasasi.
Dari kecil kita pasti dinasehati oleh
orangtua, guru ataupun buku untuk menggantungkan cita-cita setinggi langit.
Semua itu memang benar karena dengan adanya cita-cita atau impian dalam hidup
kita akan membuat kita semangat dan bekerja keras untuk menggapai kehidupan
yang lebih baik di dunia.
Cita-cita yang baik adalah cita-cita yang
dapat dicapai melalui kerja keras, kreativitas, inovasi, dukungan orang lain
dan sebagainya. Khayalan hasil melamun cenderung tidak logis dan bersifat
mubazir karena banyak waktu yang terbuang untuk menghayal yang tidak-tidak.
Dalam bercita-cita pun sebaiknya jangan
terlalu mendetail dan fanatik karena kita bisa dibuat stres dan depresi jika
tidak tercapai. Contoh adalah seseorang yang punya cita-cita jadi dokter.
Ketika dia tidak masuk jurusan ipa dia stress, lalu gagal snmptn / spmb
kedokteran dia stress, dan seterusnya.
Tidak semua orang bisa menentukan cita-cita.
Jika tidak bisa menentukan cita-cita, maka bercita-citalah untuk menjadi orang
yang berguna dan dicintai orang banyak dengan hidup yang berkecukupan. Untuk
mendapatkan motivasi dalam mengejar cita-cita kita bisa mempelajari kisah
sukses orang lain atau membaca atau melihat film motivasi hidup seperti laskar
pelangi.
Bila dibandingkan dengan cita-cita, maka harapan mengandung pengertian tidak terlalu muluk, sedangkan cita-cita pada umumnya perlu setinggi bintang. Antara harapan dan cita-cita terdapat persamaan yaitu: keduanya menyangkut masa depan karena belum terwujud, pada umumnya dengan cita-cita maupun harapan orang menginginkan hal yang lebih baik ataumeningkat.
Bila dibandingkan dengan cita-cita, maka harapan mengandung pengertian tidak terlalu muluk, sedangkan cita-cita pada umumnya perlu setinggi bintang. Antara harapan dan cita-cita terdapat persamaan yaitu: keduanya menyangkut masa depan karena belum terwujud, pada umumnya dengan cita-cita maupun harapan orang menginginkan hal yang lebih baik ataumeningkat.
Penyebab Manusia Mempunyai Harapan
Menurut kodratnya manusia itu adalah mahluk
sosial. Setiap lahir ke dunia langusung disambut dalam suatu pergaulan hidup,
yakni di tengah suatu keluarga atau anggota masyarakat lainnya. Tidak ada satu
manusiapun yang luput dari pergaulan hidup. Ditengah – tengah manusia lain
itulah, seseorang dapat hidup dan berkembang baik fisik/jasmani maupun mental/
spiritualnya. Ada dua hal yang mendorong orang hidup bergaul dengan manusia
lain, yakni dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup.
• Dorongan kodrat
Kodrat ialah sifat, keadaan, atau pcmbawaan alamiah yang sudah terjelma dalam diri manusia sejak manusia itu diciptakan oleh Tuhan. Misalnya menangis, bergembira, berpikir, berjalan, berkata, mempunyai keturunan dan sebagainya. Setiap manusia mempunyai kemampuan untuk itu semua.
Dorongan kodrat menyebabkan manusia mempunyai keinginan atau harapan, misalnya menangis, tertawa, bergembira, dan scbagainya. Seperti halnya orang yang menonton Pertunjukan lawak, mereka ingin tertawa, pelawak juga mengharapkan agar penonton tertawa terbahak-bahak. Apabila penonton tidak tertawa, harapan kedua belah pihak gagal, justru sedihlah mereka.
Kodrat juga terdapat pada binatang dan tumbuh-tumbuhan, karena binatang dan tumbuhan perlu makan, berkembang biak dan mati. Yang mirip dengan kodrat manusia ialah kodrat binatang, walau bagaimanapun juga besar sekali perbedaannya. Perbedaan antara kedua mahluk itu, ialah bahwa manusia memiliki budi dan kehendak. Budi ialah akal, kemampuan untuk memilih. Kedua hal tersebut tidak dapat dipisahkan, sebab bila orang akan memilih, ia harus mengetahui lebih dahulu barang yang dipilihnya. Dcngan budinya manusia dapat mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang benar dan mana yang
salah, dan dengan kehendaknya manusia dapat memilih. Dalam diri manusia masing-masing sudah terjelma sifat, kodrat pembawaan dan kemampuan untuk hidup bergaul, hidup bermasyarakat atau hidup bcrsama dengan manusia lain. Dengan kodrat ini, maka manusia mempunyai harapan.
Kodrat ialah sifat, keadaan, atau pcmbawaan alamiah yang sudah terjelma dalam diri manusia sejak manusia itu diciptakan oleh Tuhan. Misalnya menangis, bergembira, berpikir, berjalan, berkata, mempunyai keturunan dan sebagainya. Setiap manusia mempunyai kemampuan untuk itu semua.
Dorongan kodrat menyebabkan manusia mempunyai keinginan atau harapan, misalnya menangis, tertawa, bergembira, dan scbagainya. Seperti halnya orang yang menonton Pertunjukan lawak, mereka ingin tertawa, pelawak juga mengharapkan agar penonton tertawa terbahak-bahak. Apabila penonton tidak tertawa, harapan kedua belah pihak gagal, justru sedihlah mereka.
Kodrat juga terdapat pada binatang dan tumbuh-tumbuhan, karena binatang dan tumbuhan perlu makan, berkembang biak dan mati. Yang mirip dengan kodrat manusia ialah kodrat binatang, walau bagaimanapun juga besar sekali perbedaannya. Perbedaan antara kedua mahluk itu, ialah bahwa manusia memiliki budi dan kehendak. Budi ialah akal, kemampuan untuk memilih. Kedua hal tersebut tidak dapat dipisahkan, sebab bila orang akan memilih, ia harus mengetahui lebih dahulu barang yang dipilihnya. Dcngan budinya manusia dapat mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang benar dan mana yang
salah, dan dengan kehendaknya manusia dapat memilih. Dalam diri manusia masing-masing sudah terjelma sifat, kodrat pembawaan dan kemampuan untuk hidup bergaul, hidup bermasyarakat atau hidup bcrsama dengan manusia lain. Dengan kodrat ini, maka manusia mempunyai harapan.
• Dorongan kebutuhan hidup
Sudah kodrat pula bahwa manusia mempunyai bermacam-macam kebutuhan hidup. Kebutuhan hidup itu pada garis besamya dapat dibedakan atas : kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani
Kebutuhan jasmaniah misalnya ; makan, minum, pakaian, rumah. (sandang, pangan,
dan papan), ketenangan, hiburan, dan keberhasilan.
Untuk memenuhi semua kebutuhan itu manusia bekerja sama dengan manusia lain.
Hal ini disebabkan, kemampuan manusia sangat terbatas, baik kemampuan fisik/jasmaniah
maupun kemampuan berpikimya.
Dengan adanya dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup itu maka manusia
mempunyai harapan. Pada hakekatnya harapan itu adalah keinginan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya.
Menurut Abraham Maslow sesuai dengan kodratnya harapan manusia atau kebutuhan
manusia itu ialah :
a) kelangsungan hidup (survival)
b) keamanan ( safety )
c) hak dan kewajiban mencintai dan dicintai (be loving and love)
d) diakui lingkungan (status)
e) perwujudan cita-cita (self actualization)
Sudah kodrat pula bahwa manusia mempunyai bermacam-macam kebutuhan hidup. Kebutuhan hidup itu pada garis besamya dapat dibedakan atas : kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani
Kebutuhan jasmaniah misalnya ; makan, minum, pakaian, rumah. (sandang, pangan,
dan papan), ketenangan, hiburan, dan keberhasilan.
Untuk memenuhi semua kebutuhan itu manusia bekerja sama dengan manusia lain.
Hal ini disebabkan, kemampuan manusia sangat terbatas, baik kemampuan fisik/jasmaniah
maupun kemampuan berpikimya.
Dengan adanya dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup itu maka manusia
mempunyai harapan. Pada hakekatnya harapan itu adalah keinginan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya.
Menurut Abraham Maslow sesuai dengan kodratnya harapan manusia atau kebutuhan
manusia itu ialah :
a) kelangsungan hidup (survival)
b) keamanan ( safety )
c) hak dan kewajiban mencintai dan dicintai (be loving and love)
d) diakui lingkungan (status)
e) perwujudan cita-cita (self actualization)
PENGERTIAN DOA
Menurut bahasa do'a berasal dari kata
"da'a" artinya memanggil. Sedangkan menurut istilah syara' do'a
berarti "Memohon sesuatu yang bermanfaat dan memohon terbebas atau
tercegah dari sesuatu yang memudharatkan.1
Adapun lafadz do'a yang ada dalam al Qur'an
bisa bermakna sebagai berikut:
1. Ibadah, seperti firman Allah: Dan
janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak memberi
madharat kepadamu selain Allah, sebab jika kamu berbuat demikian make, kamu
termasuk orang-orang yang zhalim. (Yunus: 106).
2. Perkataan atau Keluhan. Seperti pada
firman Allah: Maka tetaplah demikian keluhan mereka, sehingga kami jadikan mereka
sebagai tanaman yang telah dituai, yang tidak dapat hidup lagi. (al Anbiya:
15).
3. Panggilan atau seruan. Allah berfirman:
Maka kamu tidak akan sanggup menjadikan orang-orang yang mati itu dapat
mendengar, dan menjadikan orang-orang yang tuli dapat mendengar seruan, apabila
mereka itu berpaling ke belakang. (ar- Rum: 52)
4. Meminta pertolongan. Allah berfirman: Dan
jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang at Qur'an yang Kami wahyukan kepada
hamba Kami (Muhammad) buatlah satu surat yang semisal at Qur'an itu dan ajaklah
penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar. (al
Baqarah: 23).
5. Permohonan. Seperti firman Allah: Dan
orang-orang yang berada dalam neraka berkata kepada penjagapenjaga jahannam:
"Mohonkanlah kepada Tuhanmu supaya Dia meringankan azab dari kami barang
sehari." (al Mukmin: 49).
Macam-Macam Do’a
Syeikh Abdurrahman bin Sa'diy berkata:
"Setiap perintah di dalam al Qur'an dan larangan berdo'a kepada selain
Allah, meliputi do'a masalah (permintaan) dan do'a ibadah." 2
Adapun perbedaan antara kedua macam do'a
tersebut adalah:
Do'a masalah (permintaan) adalah: Meminta
untuk diberikan manfaat dan dicegah dari kemudharatan, atau sesuatu yang
sifatnya permintaan. Dan ini dibagi menjadi tiga:
a) Permintaan yang ditujukan kepada Allah
semata dan ini (termasuk tauhid dan berpahala. -red. vbaitullah)
b) Permintaan yang ditujukan kepada selain
Allah, padahal dia tidak mampu memenuhi dan memberikan permintaannya. Seperti
meminta kepada kuburan, pohon-pohon besar atau tempat-tempat keramat. Dan ini
termasuk syirik dan dosa besar.
c) Permintaan yang ditujukan kepada selain
Allah pada hal-hal yang bisa dipenuhi dan bisa dilakukan, seperti meminta prang
lain, yang masih hidup untuk memindahkan atau membawakan barangnya dan ini
hukumnya boleh.
Do'a Ibadah maksudnya Semua bentuk ibadah
atau ketaatan yang diberikan kepada Allah balk lahiriah maupun batiniah, karena
pada hakikatnya semua bentuk ibadah misalnya shalat, puasa, Haji dan
sebagainya, tujuan utamanya adalah untuk mendapatkan ridha Allah dan dijauhkan
dari azab-Nya.
Kepercayaan
Kepercayaan berasal dari kata percaya,
artinya mengakui atau meyakini akan kebenaran. Kepercayaan adalah hal-hal yang
berhubungan dengan pengakuan atau keyakinan akan kebenaran. maka jelaslah
kepada kita, bahwa dasar kepercayaan itu adalah kebenaran. Ada jenis
pengetahuan yang dimilik seseorang, bukan karena merupakan hasil penyelidikan
sendiri, melainkan diterima dari orang lain. Kebenaran pengetahuan yang
didasarkan atas orang lain itu disebabkan karma orang lain itu dapat dipercaya.
Yang diselidiki bukan lagi masalahnya, melainkan orang yang memberitahukan itu
dapat dipercaya atau tidak. Pengetahuan yang diterima dari orang lain atas
kewibawaannya itu disebut kepercayaan. Makin besar kewibawaan yang memberitahu
mengenai pengetahuan itu makin besar kepercayaan.
Dalam agama terdapat kebenaran-kebenaran yang
dianggap diwahyukan artinya diberitahukan oleh Tuhan – langsung atau tidak
langsung kepada manusia. Kewibawaan pemberi kebenaran itu ada yang melebihi
besamya . Kepercayaan dalam agama merupakan keyakinan yang paling besar. Hak
berpikir bebas, hak atas keyakinan sendiri menimbulkan juga hak ber agama
menurut keyakinan.
Dalam hal beragama tiap-tiap orang wajib menerima dan menghormati kepercayaan orang yang beragama itu, Dasarnya ialah keyakinan masing-masing.
Dalam hal beragama tiap-tiap orang wajib menerima dan menghormati kepercayaan orang yang beragama itu, Dasarnya ialah keyakinan masing-masing.
• Teori Kebenaran Korespondensi
Teori kebenaran korespondensi adalah teori yang berpandangan bahwa pernyataan-pernyataan adalah benar jika berkorespondensi terhadap fakta atau pernyataan yang ada di alam atau objek yang dituju pernyataan tersebut. Kebenaran atau suatu keadaan dikatakan benar jika ada kesesuaian antara arti yang dimaksud oleh suatu pendapat dengan fakta. Suatu proposisi adalah benar apabila terdapat suatu fakta yang sesuai dan menyatakan apa adanya. Teori ini sering diasosiasikan dengan teori-teori empiris pengetahuan.
Teori kebenaran korespondensi adalah teori yang berpandangan bahwa pernyataan-pernyataan adalah benar jika berkorespondensi terhadap fakta atau pernyataan yang ada di alam atau objek yang dituju pernyataan tersebut. Kebenaran atau suatu keadaan dikatakan benar jika ada kesesuaian antara arti yang dimaksud oleh suatu pendapat dengan fakta. Suatu proposisi adalah benar apabila terdapat suatu fakta yang sesuai dan menyatakan apa adanya. Teori ini sering diasosiasikan dengan teori-teori empiris pengetahuan.
Gejala-gejala alamiah, menurut kaum empiris,
adalah bersifat kongkret dan dapat dinyatakan lewat panca indera manusia.
Gejala itu bila ditelaah mempunyai beberapa karakteristik tertentu. Logam bila
dipanaskan akan memuai. Air akan mengalir ke tempat yang rendah. Pengetahuan
inderawi bersifat parsial. Hal ini disebabkan adanya perbedaan antara indera
yang satu dengan yang lain dan berbedanya objek yang dapat ditangkap indera.
Perbedaan sensivitas tiap indera dan organ-organ tertentu menyebabkan kelemahan
ilmu empiris.
Ilmu pengetahuan empiris hanyalah merupakan salah satu upaya manusia dalam menemukan kebenaran yang hakiki dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Penyusunan pengetahuan secara empiris cenderung menjadi suatu kumpulan fakta yang belum tentu bersifat konsisten, dan mungkin saja bersifat kontradiktif. Adanya kecenderungan untuk mengistimewakan ilmu eksakta sebagai ilmu empiris untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi manusia tidak selalu tepat. Pengistimewaan pengetahuan empiris secara kultural membuat manusia modern seperti pabrik. Semua cabang kebudayaan yang terbentuk menjadi produksi yang bersifat massal.
Ilmu pengetahuan empiris hanyalah merupakan salah satu upaya manusia dalam menemukan kebenaran yang hakiki dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Penyusunan pengetahuan secara empiris cenderung menjadi suatu kumpulan fakta yang belum tentu bersifat konsisten, dan mungkin saja bersifat kontradiktif. Adanya kecenderungan untuk mengistimewakan ilmu eksakta sebagai ilmu empiris untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi manusia tidak selalu tepat. Pengistimewaan pengetahuan empiris secara kultural membuat manusia modern seperti pabrik. Semua cabang kebudayaan yang terbentuk menjadi produksi yang bersifat massal.
Keberhasilan ilmu eksakta yang berdasarkan
empirisme dalam mengembangkan teknologi -ketika berhadapan dengan ”kegagalan ”
ilmu-ilmu human dalam menjawab masalah manusia- membawa dampak buruk terhadap
kedudukan dan pengembangan ilmu-ilmu human. Analisis filsafat tentang kenyataan
ini harus ditempatkan secara proporsional, karena merupakan suatu usaha ilmiah
untuk membantu manusia mengungkap misteri kehidupannya secara utuh.
• Teori Kebenaran Koherensi
Teori kebenaran koherensi adalah teori kebenaran yang didasarkan kepada kriteria koheren atau konsistensi. Suatu pernyataan disebut benar bila sesuai dengan jaringan komprehensif dari pernyataan-pernyataan yang berhubungan secara logis. Pernyataan-pernyataan ini mengikuti atau membawa kepada pernyataan yang lain. Seperti sebuah percepatan terdiri dari konsep-konsep yang saling berhubungan dari massa, gaya dan kecepatan dalam fisika.
Kebenaran tidak hanya terbentuk oleh hubungan antara fakta atau realitas saja, tetapi juga hubungan antara pernyataan-pernyataan itu sendiri. Dengan kata lain, suatu pernyataan adalah benar apabila konsisten dengan pernyataan-pernyataan yang terlebih dahulu kita terima dan kita ketahui kebenarannya.
Salah satu dasar teori ini adalah hubungan logis dari suatu proposisi dengan proposisi sebelumnya. Proposisi atau pernyataan adalah apa yang dinyatakan, diungkapkan dan dikemukakan atau menunjuk pada rumusan verbal berupa rangkaian kata-kata yang digunakan untuk mengemukakan apa yang hendak dikemukakan. Proposisi menunjukkan pendirian atau pendapat tentang hubungan antara dua hal dan merupakan gabungan antara faktor kuantitas dan kualitas. Contohnya tentang hakikat manusia, baru dikatakan utuh jika dilihat hubungan antara kepribadian, sifat, karakter, pemahaman dan pengaruh lingkungan. Psikologi strukturalisme berusaha mencari strukturasi sifat-sifat manusia dan hubungan-hubungan yang tersembunyi dalam kepribadiannya.
Pengetahuan rasional yang berdasarkan logika tidak hanya terbatas pada kepekaan indera tertentu dan tidak hanya tertuju pada objek-objek tertentu. Gagasan rasionalistis dan positivistis cenderung untuk menyisihkan seluruh pemahaman yang didapat secara refleksi. Pemikiran rasional cenderung bersifat solifistik dan subyektif. Adanya keterkaitan antara materi dengan non materi, dunia fisik dan non fisik ditolak secara logika. Apabila kerangka ini digunakan secara luas dan tak terbatas, maka manusia akan kehilangan cita rasa batiniahnya yang berfungsi pokok untuk menumbuhkan apa yang didambakan seluruh umat manusia yaitu kebahagiaan.
Teori kebenaran koherensi adalah teori kebenaran yang didasarkan kepada kriteria koheren atau konsistensi. Suatu pernyataan disebut benar bila sesuai dengan jaringan komprehensif dari pernyataan-pernyataan yang berhubungan secara logis. Pernyataan-pernyataan ini mengikuti atau membawa kepada pernyataan yang lain. Seperti sebuah percepatan terdiri dari konsep-konsep yang saling berhubungan dari massa, gaya dan kecepatan dalam fisika.
Kebenaran tidak hanya terbentuk oleh hubungan antara fakta atau realitas saja, tetapi juga hubungan antara pernyataan-pernyataan itu sendiri. Dengan kata lain, suatu pernyataan adalah benar apabila konsisten dengan pernyataan-pernyataan yang terlebih dahulu kita terima dan kita ketahui kebenarannya.
Salah satu dasar teori ini adalah hubungan logis dari suatu proposisi dengan proposisi sebelumnya. Proposisi atau pernyataan adalah apa yang dinyatakan, diungkapkan dan dikemukakan atau menunjuk pada rumusan verbal berupa rangkaian kata-kata yang digunakan untuk mengemukakan apa yang hendak dikemukakan. Proposisi menunjukkan pendirian atau pendapat tentang hubungan antara dua hal dan merupakan gabungan antara faktor kuantitas dan kualitas. Contohnya tentang hakikat manusia, baru dikatakan utuh jika dilihat hubungan antara kepribadian, sifat, karakter, pemahaman dan pengaruh lingkungan. Psikologi strukturalisme berusaha mencari strukturasi sifat-sifat manusia dan hubungan-hubungan yang tersembunyi dalam kepribadiannya.
Pengetahuan rasional yang berdasarkan logika tidak hanya terbatas pada kepekaan indera tertentu dan tidak hanya tertuju pada objek-objek tertentu. Gagasan rasionalistis dan positivistis cenderung untuk menyisihkan seluruh pemahaman yang didapat secara refleksi. Pemikiran rasional cenderung bersifat solifistik dan subyektif. Adanya keterkaitan antara materi dengan non materi, dunia fisik dan non fisik ditolak secara logika. Apabila kerangka ini digunakan secara luas dan tak terbatas, maka manusia akan kehilangan cita rasa batiniahnya yang berfungsi pokok untuk menumbuhkan apa yang didambakan seluruh umat manusia yaitu kebahagiaan.
• Teori Kebenaran Pragmatis
Teori kebenaran pragmatis adalah teori yang berpandangan bahwa arti dari ide dibatasi oleh referensi pada konsekuensi ilmiah, personal atau sosial. Benar tidaknya suatu dalil atau teori tergantung kepada berfaedah tidaknya dalil atau teori tersebut bagi manusia untuk kehidupannya. Kebenaran suatu pernyataan harus bersifat fungsional dalam kehidupan praktis.
Menurut teori ini proposisi dikatakan benar sepanjang proposisi itu berlaku atau memuaskan. Apa yang diartikan dengan benar adalah yang berguna (useful) dan yang diartikan salah adalah yang tidak berguna (useless). Bagi para pragmatis, batu ujian kebenaran adalah kegunaan (utility), dapat dikerjakan (workability) dan akibat atau pengaruhnya yang memuaskan (satisfactory consequences). Teori ini tidak mengakui adanya kebenaran yang tetap atau mutlak.
Francis Bacon pernah menyatakan bahwa ilmu pengetahuan harus mencari keuntungan-keuntungan untuk memperkuat kemampuan manusia di bumi. Ilmu pengetahuan manusia hanya berarti jika nampak dalam kekuasaan manusia. Dengan kata lain ilmu pengetahuan manusia adalah kekuasaan manusia. Hal ini membawa jiwa bersifat eksploitatif terhadap alam karena tujuan ilmu adalah mencari manfaat sebesar mungkin bagi manusia.
Manusia dengan segala segi dan kerumitan hidupnya merupakan titik temu berbagai disiplin ilmu. Hidup manusia seutuhnya merupakan objek paling kaya dan paling padat. Ilmu pengetahuan seyogyanya bisa melayani keperluan dan keselamatan manusia. Pertanyaan-pertanyaan manusia mengenai dirinya sendiri, tujuan-tujuannya dan cara-cara pengembangannya ternyata belum dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan yang materialis-pragmatis tanpa referensi kepada nilai-nilai moralitas.
Aksiologi ilmu pengetahuan modern yang dibingkai semangat pragmatis-materialis ini telah menyebabkan berbagai krisis lingkungan hidup, mulai dari efek rumah kaca akibat akumulasi berlebihan CO2, pecahnya lapisan ozon akibat penggunaan freon berlebihan, penyakit minimata akibat limbah methylmercury hingga bahaya nuklir akibat persaingan kekuasaan antar negara. Ketiadaan nilai dalam ilmu pengetahuan modern yang menjadikan sains untuk sains, bahkan sains adalah segalanya, telah mengakibatkan krisis kemanusiaan. Krisis lingkungan dan kemanusiaan, mulai dari genetic engineering hingga foules solitaire (kesepian dalam keramaian, penderitaan dalam kemelimpahan). Manusia telah tercerabut dari aspek-aspek utuhnya, cinta, kehangatan, kekerabatan, dan ketenangan. Kedua krisis global ini telah menghantui sebagian besar lingkungan dan masyarakat modern yang materialis-pragmatis.
Teori kebenaran pragmatis adalah teori yang berpandangan bahwa arti dari ide dibatasi oleh referensi pada konsekuensi ilmiah, personal atau sosial. Benar tidaknya suatu dalil atau teori tergantung kepada berfaedah tidaknya dalil atau teori tersebut bagi manusia untuk kehidupannya. Kebenaran suatu pernyataan harus bersifat fungsional dalam kehidupan praktis.
Menurut teori ini proposisi dikatakan benar sepanjang proposisi itu berlaku atau memuaskan. Apa yang diartikan dengan benar adalah yang berguna (useful) dan yang diartikan salah adalah yang tidak berguna (useless). Bagi para pragmatis, batu ujian kebenaran adalah kegunaan (utility), dapat dikerjakan (workability) dan akibat atau pengaruhnya yang memuaskan (satisfactory consequences). Teori ini tidak mengakui adanya kebenaran yang tetap atau mutlak.
Francis Bacon pernah menyatakan bahwa ilmu pengetahuan harus mencari keuntungan-keuntungan untuk memperkuat kemampuan manusia di bumi. Ilmu pengetahuan manusia hanya berarti jika nampak dalam kekuasaan manusia. Dengan kata lain ilmu pengetahuan manusia adalah kekuasaan manusia. Hal ini membawa jiwa bersifat eksploitatif terhadap alam karena tujuan ilmu adalah mencari manfaat sebesar mungkin bagi manusia.
Manusia dengan segala segi dan kerumitan hidupnya merupakan titik temu berbagai disiplin ilmu. Hidup manusia seutuhnya merupakan objek paling kaya dan paling padat. Ilmu pengetahuan seyogyanya bisa melayani keperluan dan keselamatan manusia. Pertanyaan-pertanyaan manusia mengenai dirinya sendiri, tujuan-tujuannya dan cara-cara pengembangannya ternyata belum dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan yang materialis-pragmatis tanpa referensi kepada nilai-nilai moralitas.
Aksiologi ilmu pengetahuan modern yang dibingkai semangat pragmatis-materialis ini telah menyebabkan berbagai krisis lingkungan hidup, mulai dari efek rumah kaca akibat akumulasi berlebihan CO2, pecahnya lapisan ozon akibat penggunaan freon berlebihan, penyakit minimata akibat limbah methylmercury hingga bahaya nuklir akibat persaingan kekuasaan antar negara. Ketiadaan nilai dalam ilmu pengetahuan modern yang menjadikan sains untuk sains, bahkan sains adalah segalanya, telah mengakibatkan krisis kemanusiaan. Krisis lingkungan dan kemanusiaan, mulai dari genetic engineering hingga foules solitaire (kesepian dalam keramaian, penderitaan dalam kemelimpahan). Manusia telah tercerabut dari aspek-aspek utuhnya, cinta, kehangatan, kekerabatan, dan ketenangan. Kedua krisis global ini telah menghantui sebagian besar lingkungan dan masyarakat modern yang materialis-pragmatis.
Macam-macam
Kepercayaan
Dasar kepercayaan adalah kebenaran. Sumber
kebenaran adalah manusia. Kepercayaan itu dapat dibedakan atas :
• Kepercayaan pada diri sendiri
Kepercayaan pada diri sendiri itu ditanamkan setiap pribadi manusia. Percaya pada diri sendiri pada hakekatnya percaya pada Tuhan Yang Maha Esa Percaya pada diri sendiri, menganggap dirinya tidak salah, dirinya menang, dirinya mampu mengerjakan yang diserahkan atau dipercayakan kepadanya.
Kepercayaan pada diri sendiri itu ditanamkan setiap pribadi manusia. Percaya pada diri sendiri pada hakekatnya percaya pada Tuhan Yang Maha Esa Percaya pada diri sendiri, menganggap dirinya tidak salah, dirinya menang, dirinya mampu mengerjakan yang diserahkan atau dipercayakan kepadanya.
• Kepercayaan kepada orang lain
Percaya kepada orang lain itu dapat berupa percaya kepada saudara, orang tua, guru, atau siapa saja. Kepercayaan kepada orang lain itu sudah tentu percaya ternadap kata hatinya, perbuatan yang sesuai dengan kata hati, atau terhadap kebenarannya. Ada ucapan yang berbunyi orang itu dipercaya karna ucapannya. Misalnya, orang yang berjanji sesuatu hams dipenuhi, meskipun janji itu tidak terdengar orang lain, apalagi membuat janji kepada orang lain.
Percaya kepada orang lain itu dapat berupa percaya kepada saudara, orang tua, guru, atau siapa saja. Kepercayaan kepada orang lain itu sudah tentu percaya ternadap kata hatinya, perbuatan yang sesuai dengan kata hati, atau terhadap kebenarannya. Ada ucapan yang berbunyi orang itu dipercaya karna ucapannya. Misalnya, orang yang berjanji sesuatu hams dipenuhi, meskipun janji itu tidak terdengar orang lain, apalagi membuat janji kepada orang lain.
• Kepercayaan kepada pemerintah
Berdasarkan pandangan teokratis menurut etika, filsafat tingkah laku karya Prof.Ir, Poedjawiyatna, negara itu berasal dari Tuhan. Tuhan langsung memerintah dan memimpin bangsa manusia, atau setidak-tidaknya Tuhanlah pemilik kedaulatan sejati, Karena semua adalah ciptaan Tuhan. Semua mengemban kewibawaan, terutama pengemban tertinggi, yaitu raja, langsung dikaruniai kewibawaan oleh Tuhan, sebab langsung dipilih oleh Tuhan pula (kerajaan)
Pandangan demokratis mengatakan bahwa kedaulatan adalah dari rakyat, (kewibawaan pun milik rakyat. Rakyat adalah negara, rakyat itu menjelma pada negara. Satu-satunya realitas adalah negara). Manusia sebagai seorang (individu) tak berarti. Orang. mempunyai arti hanya dalam masyarakat, negara. Hanya negara sebagai keutuhan (totalitas) yang ada, kedaulatan mutlak pada negara, negara demikian itu disebut negara totaliter. satu-satunya yang mempunyai hak ialah negara; manusia perorangan tidak mempunyai hak, ia hanya mempunyai kewajiban (negara diktator)
Jelaslah bagi kita, baik teori atau pandangan teokratis ataupun demokratis negara atau pemerintah itu benar, karena Tuhan adalah sumber kebenaran. Karena itu wajarlah kalau manusia sebagai warga negara percaya kepada negara/pemerintah.
Berdasarkan pandangan teokratis menurut etika, filsafat tingkah laku karya Prof.Ir, Poedjawiyatna, negara itu berasal dari Tuhan. Tuhan langsung memerintah dan memimpin bangsa manusia, atau setidak-tidaknya Tuhanlah pemilik kedaulatan sejati, Karena semua adalah ciptaan Tuhan. Semua mengemban kewibawaan, terutama pengemban tertinggi, yaitu raja, langsung dikaruniai kewibawaan oleh Tuhan, sebab langsung dipilih oleh Tuhan pula (kerajaan)
Pandangan demokratis mengatakan bahwa kedaulatan adalah dari rakyat, (kewibawaan pun milik rakyat. Rakyat adalah negara, rakyat itu menjelma pada negara. Satu-satunya realitas adalah negara). Manusia sebagai seorang (individu) tak berarti. Orang. mempunyai arti hanya dalam masyarakat, negara. Hanya negara sebagai keutuhan (totalitas) yang ada, kedaulatan mutlak pada negara, negara demikian itu disebut negara totaliter. satu-satunya yang mempunyai hak ialah negara; manusia perorangan tidak mempunyai hak, ia hanya mempunyai kewajiban (negara diktator)
Jelaslah bagi kita, baik teori atau pandangan teokratis ataupun demokratis negara atau pemerintah itu benar, karena Tuhan adalah sumber kebenaran. Karena itu wajarlah kalau manusia sebagai warga negara percaya kepada negara/pemerintah.
• Kepercayaan kepada Tuhan
Kepercayaan kepada Tuhan yang maha kuasa itu amat penting, karena keberadaan manusia itu bukan dengan sendirinya, tetapi diciptakan oleh Tuhan. Kepercayaan berarti keyakinan dan pengakuan akan kebenaran. Kepercayaan itu amat penting, karena merupakan tali kuat yang dapat menghubungkan rasa manusia dengan Tuhannya. Bagaimana Tuhan dapat menolong umatnya, apabila umat itu tidak mempunyai kepercayaan kepada Tuhannya, sebab tidak ada tali penghubung yang mengalirkan daya kekuatannya. Oleh karcna itu jika manusia berusaha agar mendapat pertolongan dari padanya, manusia harus percaya kepada Tuhan, sebab Tuhanlah yang selalu menyertai manusia. Kepercayaan atau pengakuan akan adanya zat yang maha tinggi yang menciptakan alam semesta seisinya merupakan
konsekuensinya tiap-tiap umat beragama dalam melakukan pemujaan kepada zat tersebut.
Kepercayaan kepada Tuhan yang maha kuasa itu amat penting, karena keberadaan manusia itu bukan dengan sendirinya, tetapi diciptakan oleh Tuhan. Kepercayaan berarti keyakinan dan pengakuan akan kebenaran. Kepercayaan itu amat penting, karena merupakan tali kuat yang dapat menghubungkan rasa manusia dengan Tuhannya. Bagaimana Tuhan dapat menolong umatnya, apabila umat itu tidak mempunyai kepercayaan kepada Tuhannya, sebab tidak ada tali penghubung yang mengalirkan daya kekuatannya. Oleh karcna itu jika manusia berusaha agar mendapat pertolongan dari padanya, manusia harus percaya kepada Tuhan, sebab Tuhanlah yang selalu menyertai manusia. Kepercayaan atau pengakuan akan adanya zat yang maha tinggi yang menciptakan alam semesta seisinya merupakan
konsekuensinya tiap-tiap umat beragama dalam melakukan pemujaan kepada zat tersebut.
A.
Tiga Teori Kebenaran (KORESPONDENSI,
KOHERENSI & PRAGMATIS)
Teori Kebenaran
Korespondensi
Teori yang pertama ialah Teori Korespondensi, The
Correspondence Theory of Truth, yang kadangkala disebut The Accordance
Theory of Truth. Menurut teori ini dinyatakan bahwa, kebenaran atau keadaan
benar itu berupa kesesuaian [correspondence] antara arti yang dimaksud oleh
suatu pernyataan atau pendapat dengan obyek yang dituju oleh pernyataan
atau pendapat tersebut.[2]
Dengan demikian, kebenaran
epistimologis adalah kemanunggalan antara subyek dan obyek. Pengetahuan
dikatakan benar apabila didalam kemanunggalan yang sifatnya intrinsik,
intensional dan pasif aktif terdapat kesesuaian antara apa yang ada dalam
pengetahuan subyek dengan apa yang ada didalam obyek.[3]
Hal itu karena puncak
dari proses kognitif manusia terdapat didalam budi dan pikiran manusia
(intelectus), maka pengetahuan adalah benar bila apa yang terdapat didalam
pikiran subjek itu benar sesuai dengan apa yang ada didalam objek.[4]
a proposition (or meaning)
is true if there is a fact to which it corresponds, if it expresses hat is the
case.
[Suatu proposisi atau
pengertian adalah benar jika terdapat suatu fakta yang selaras dengan
kenyataannya, atau jika ia menyatakan apa adanya].[5]
"Truth is that which
conforms to fact; which agrees with reality; which corresponds to the actual situation."
[Kebenaran adalah yang
bersesuaian dengan fakta, yang beralasan dengan realitas, yang serasi
(corresponds) dengan situasi actual].[6]
Truth is that which to
fact or agrees with actual situation. Truth is the agreement between the
statement of fact and actual fact, or between the judgment and the
environmental situation of which the judgment claims to be an
interpretation."
[Kebenaran ialah
suatu yang sesuai dengan fakta atau sesuatu yang selaras dengan situasi aktual.
Kebenaran ialah persesuaian (agreement) antara pernyataan (statement) mengenai
fakta dengan fakta aktual; atau antara putusan (Judgment) dengan situasi
seputar (Enviromental situation) yang diberinya intepretasi. [7]
“if a judgment corresponds
with the facts, it is the true; if not, it is false."
[Jika suatu putusan
sesuai dengan fakta, maka dapat dikatakan benar ; Jika tidak maka dapat
dikatakan salah].
Teori korespondensi ini
sering dianut oleh realisme/empirisme.
K. Rogers, adalah seorang
orang penganut realisme kritis Amerika, yang berpendapat bahwa : keadaan benar
ini terletak dalam kesesuaian antara "esensi atau arti yang kita
berikan" dengan "esensi yang terdapat didalam obyeknya".[8]
"Epistemological
realism.The view that there is an independent reality apart from minds, and we
do not change it when we come to experience or to know it; sometimes called
objectivism"
[Realisme epistemologis
berpandangan, bahwa terdapat realitas yang independence (tidak tergantung),
yang terlepas dari pemikiran ; dan kita tidak dapat mengubahnya bila kita
mengalaminya atau memahami. Itulah sebabnya realisme epitemologis kadangkala
disebut obyektivisme]. Dengan perkataan lain: realisme epistemologis atau
obyektivisme
berpegang kepada
kemandirian sebuah kenyataan tidak tergantung pada yang di luarnya.[9]
Jika sensasi kita,
persepsi kita, pemahaman kita, konsep dan teori kita bersesuaian dengan
realitas obyektif, dan jika itu semua mencerminkannya dengan cermat, maka kita
katakan itu semua benar : pernyataan, putusan dan teori yang benar kita sebut
kebenaran.
Materialisme dialektika
memahamkan kebenaran sebagai pengetahuan tentang sesuatu obyek, yang
mencerminkan obyek tersebut secara tepat, dengan perkataan lain, bersesuaian
dengan obyek yang dimaksud.
misalnya pengertian ilmiah
bahwa "tubuh terdiri dari atom-atom"' bahwa "Bumi lebih dahulu
ada dari pada manusia", bahwa "rakyat adalah pembuat sejarah",
dan lain sebagainya, adalah benar
In contrast to idealism,
dialectical materialism maintains that truth is objective. Since truth reflects
the objectively existing word, its content does not depend on man’s
consciousness.Objective truth, LENIN Wrote, is the content of our knowledge,
which neither on mans, nor on mankind. The content of truth is fully determined
by the objective process it reflects
Berlawanan dengan
idealisme, maka meterialisme dialektika mempertahankan bahwa kebenaran adalah
obeyektif. Selama kebenaran mencerminkan dunia wujud secara obyektif, maka
wujudnya itu tergantung pada kesadaran manusia. Kebenaran obyektif, tulis
Lenin, adalah kandungan pengetahuan kita yang tidak tergantung, baik kepada
manusia maupun kepada kemanusiaan. Kandungan kebenaran sepenuhnya ditentukan
oleh proses abyektif yang tercerminkannya.[10]
Lenin Menulis:
"From live
contemplation to abstract thinking and from that to practice, such is the
dialectical process of cognizing the truth, of cognizing objective reality.
[Dari renungan yang hidup
menuju ke pemikiran yang abstrak, dan dari situ menuju praktek, demikianlah
proses dialektis tentang pengenalan atas kebenaran, atas realitas obyektif].
Selajunya kaum marxist
mengenal dua macam kebenaran, yaitu (a) kebenaran mutlak dan (b) kebenaran
relatif]
"Absolute truth is
objective truth in its entirety, an absolutely exact reflection of
reality"
[Kebenaran mutlak
ialah kebenaran yang selengkapnya obyektif, yaitu suatu pencerminan dari
realitas secara pasti mutlak]
" Relative truth is
incomplete correspondence of knowledge to reality. Lenin called this truth the
relatively true reflection of an object which is independent of man"
[Kebenaran relatif
adalah pengetahuan mengenai realitas yang kesesuaianya tidak lengkap, tidak
sempurna. Menurut Lenin, kebenaran relatif adalah pencerminan dari obyek yang
relatif benar, yang terbatas dari manusia].
"Every truth is
objective truth”
[setiap kebenaran adalah
kebenaran yang obyektif].
"Relative truth is
imperfect, incomplete truth.
[kebenaran relatif
adalah kebenaran yang tidak sempurna, tidak lengkap]
Mengenai Teori
Korespondensi tentang kebenaran dapat disimpulkan sebagai berikut :
Kita mengenal dua hal,
yaitu : pertama pernyataan dan kedua keyataan. Menurut teori ini kebenartan
iaah kesesuaian antara pernyataan tentang sesuatu dengan kenyataan sesuatu
sendiri.
Sebagai contoh dapat
dikemukakan : "Surabaya adalah Ibu Kota Provinsi Jawa Timur sekarang"
ini adalah sebuah pernyataan; dan apabila kenyataannya memang Surabaya adalah
Ibu Kota Provinsi Jawa Timur ", pernyataan itu benar, maka pernyataan itu
adalah suatu kebenaran. Rumusan teori korespondensi tentang kebenaran itu
bermula dari Aristoteles, dan disebut teori penggambaran yang definisinya
berbunyi sebagai berikut : [kebenaran adalah persesuaian antara pikiran
dan kenyataan].[11]
Teori Corespondence : Masalah
kebenaran menurut teori ini hanyalah perbandingan antara realita obyek
(informasi, fakta, peristiwa, pendapat) dengan apa yang ditangkap oleh subjek
(ide, kesan). Jika ide atau kesan yang dihayati subjek (pribadi) sesuai dengan
kenyataan, realita, objek, maka sesuatu itu benar.
Teori korespondensi
(corespondence theory of truth) : menerangkan bahwa kebenaran atau
sesuatu keadaan itu benar terbukti bila ada kesesuaian antara arti yang
dimaksud suatu pernyataan atau pendapat dengan objek yang dituju/ dimaksud oleh
pernyataan atau pendapat tersebut.
Kebenaran adalah
kesesuaian pernyataan dengan fakta, yang berselaras dengan realitas yang
serasi dengan situasi aktual. Dengan demikian ada lima unsur yang perlu yaitu :
1. Statement (pernyataan)
2. Persesuaian (agreemant)
3. Situasi (situation)
4. Kenyataan (realitas)
5. Putusan (judgements)
Kebenaran adalah fidelity
to objektive reality (kesesuaian pikiran dengan kenyataan). Teori ini dianut
oleh aliran realis. Pelopornya plato, aristotels dan moore dikembangkan lebih
lanjut oleh Ibnu Sina, Thomas Aquinas di abad skolatik, serta oleh Berrand
Russel pada abad moderen.
Cara berfikir ilmiah yaitu
logika induktif menggunakan teori korespodensi ini. Teori kebenaran menurut corespondensi
ini sudah ada di dalam masyarakat sehingga pendidikan moral bagi anak-anak
ialah pemahaman atas pengertian-pengertian moral yang telah merupakan kebenaran
itu. Apa yang diajarkan oleh nilai-nilai moral ini harus diartikan sebagai
dasar bagi tindakan-tindakan anak di dalam tingkah lakunya.
Artinya anak harus
mewujudkan di dalam kenyataan hidup, sesuai dengan nilai-nilai moral itu.
Bahkan anak harus mampu mengerti hubungan antara peristiwa-peristiwa di dalam
kenyataan dengan nilai-nilai moral itu dan menilai adakah kesesuaian atau tidak
sehingga kebenaran berwujud sebagai nilai standard atau asas normatif bagi
tingkah laku. Apa yang ada di dalam subyek (ide, kesan) termasuk tingkah laku
harus dicocokkan dengan apa yang ada di luar subyek (realita, obyek,
nilai-nilai) bila sesuai maka itu benar.
Teori kebenaran
korespondensi adalah teori yang berpandangan bahwa pernyataan-pernyataan adalah
benar jika berkorespondensi terhadap fakta atau pernyataan yang ada di alam
atau objek yang dituju pernyataan tersebut. Kebenaran atau suatu keadaan
dikatakan benar jika ada kesesuaian antara arti yang dimaksud oleh suatu
pendapat dengan fakta. Suatu proposisi adalah benar apabila terdapat suatu
fakta yang sesuai dan menyatakan apa adanya. Teori ini sering diasosiasikan
dengan teori-teori empiris pengetahuan.
Contoh 1 :
Jika seseorang mengatakan
bahwa, “IAIN Sunan Ampel berada di Surabaya” maka pernyataan tersebut adalah
benar, sebab pernyataan itu dengan sesuai objek yang bersifat faktual
yakniSurabaya, memang kota di mana IAIN Sunan Ampel berada. Apabila ada
orang lain yang menyatakan bahwa “IAIN Sunan Ampel berada di Kabupaten
Jombang,” maka pernyataan itu adalah tidak benar, sebab tidak terdapat objek
yang benar dengan pernyataan tersebut. Dalam hal ini, maka secara faktual, “IAIN
Sunan Ampel bukan berada Kabupaten Jombang, melainkan di Surabaya.”
Contoh 2 : Pertemuan
antara air asin & air tawar tanpa bercampur baur.
53. Dan Dialah yang
membiarkan dua laut yang mengalir (berdampingan) ; yang ini tawar lagi
segar dan yang lain asin lagi pahi ; dan Dia jadikan antara keduanya
dinding dan batas yang menghalangi. (Q.S. Al Furqon 25 : 53)[12]
Tanda kekuasaan Allah antara
lain, yaitu Dialah yang membiarkan dua laut mengalir berdampingan, yang ini
tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit, seperti yang terjadi di muara
sungai-sungai besar, tetapi anehnya walaupun berdekatan rasa airnya tidak
bercampur seolah-olah ada dinding yang membatasi diantara keduanya, sehingga
yang satu tidak merusak rasa yang lainnya. Walaupun menurut pandangan mata
kedua lautan itu bercampur, namun pada kenyataannya yang tawar terpisah dari
yang asin dengan kekuasaan Allah SWT seperti dalam firman-Nya:
Artinya:
19. Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, 20. antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing.(Q.S. Ar Rahman: 19-20)[13]
19. Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, 20. antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing.(Q.S. Ar Rahman: 19-20)[13]
Di antara ahli Tafsir ada
yang berpendapat bahwa la yabghiyan maksudnya masing-masingnya tidak
menghendaki. Dengan demikian maksud ayat 19-20 ialah bahwa ada dua laut yang
keduanya tercerai karena dibatasi oleh tanah genting, tetapi tanah genting itu
tidaklah dikehendaki (tidak diperlukan) maka pada akhirnya, tanah genting itu
dibuang (digali untuk keperluan lalu lintas), maka bertemulah dua lautan itu.
Seperti terusan Suez dan terusan Panama.
Jadi berdasarkan ayat dan
penjelasan diatas, pernyataan bahwa Pertemuan antara air asin &
air tawar tanpa bercampur baur adalah benar karena berkorespondensi
terhadap fakta atau pernyataan yang ada di alam atau objek yang dituju
pernyataan tersebut.
C. Teori
Kebenaran Consistency / Koherensi
Teori yang kedua adalah
Teori Konsistensi. The Consistence Theory Of Truth, yang sering disebut
dengan The coherence Theory Of Truth. " According to this theory
truth is not constituted by the relation between a judgment and something else,
a fact or really, but by relations between judgment themselves "
[Menurut teori ini
kebenaran tidak dibentuk atas hubungan antara putusan (judgment) dengan sesuatu
yang lalu, yakni fakta atau realitas, tetapi atas hubungan antara
putusan-putusan itu sendiri][14]
.
Dengan demikian, kebenaran
ditegakkan atas hubungan antara putusan yang baru dengan putusan-putusan
lainnya yang telah kita ketahui dan akui benarnya terlebih dahulu.
Jadi suatu proposisi itu
cenderung untuk benar jika proposisi itu coherent [saling berhubungan] dengan
proposisi yang benar, atau jika arti yang terkandung oleh proposisi tersebut
koheren dengan pengalaman kita.[15]
" A belief is true
not because it agrees with fact but because it agrees, that is to say,
harmonizes, with the body knowledge that we presses”
[Suatu kepercayaan adalah
benar, bukan karena bersesuaian dengan fakta, melainkan bersesuaian/selaras
dengan pengetahuan yang kita miliki]
"It the maintained
that when we accept new belief as truths it is on the basis of the manner in
witch they cohere with knowledge we already posses”
[Jika kita menerima
kepercayan-kepercayaan baru sebagai kebenaran-kebenaran, maka hal itu
semata-mata atas dasar kepercayaan itu saling berhubungan [cohere] dengan
pengetahuan yang kita miliki][16]
“A judgment is true it if
consistent with other judgment that are accepted or know to be true. True
judgment is logically coherent with other relevance judgment”
suatu putusan adalah benar
apabila putusan itu konsisten dengan putusan-putusan yang terlebih dahulu kita
terima, dan kita ketahui kebenarannya. Putusan yang benar adalah suatu putusan
yang saling berhubungan secara logis dengan putusan-putusan lainnya yang
relevance][17]
Jadi menurut teori ini,
putusan yang satu dengan putusan yang lainnya saling berhubungan dan saling
menerangkan satu sama lainnya. "The truth is systematic
coherence[Kebenaran adalah saling hubungan yang sistematik]" Truth is
consistency” [kebenaran adalah konsistensi, selaras, kecocokan].
Selanjutnya teori
konsistensi/koherensi ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Kebenaran
adalah kesesuaian antara suatu pernyataan dengan pernyataan lainnya yang lebih
dahulu kita ketahui akui/ terima/ akui kebenarannya.
2. Teori
ini agaknya dapat juga dinamakan teori justifikasi tentang kebenaran, karena
menurut teori ini suatu putusan dianggap benar apabila mendapat justifikasi
putusan-putusan lainnya yang terdahulu yang sudah dikatahu kebenarannya. [18]
Contoh 1 :
Seluruh mahasiswa Pasca STAIN
Kediri mengikuti perkuliahan Filsafat Ilmu. Charis adalah
mahasiswa Pasca STAIN Kediri. Charis harus mengikuti kegiatan
perkuliahan Filsafat Ilmu.
Contoh 2 : Zina
adalah perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.
32. Dan janganlah kamu
mendekati zina ; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji.
Dan suatu jalan yang buruk.[19]
Allah SWT melarang para
hamba Nya mendekati perbuatan zina. Yang dimaksud mendekati perbuatan zina
ialah melakukan zina itu. Larangan melakukan zina diungkapkan dengan mendekati
zina, tetapi termasuk pula semua tindakan yang merangsang seseorang melakukan
zina itu. Ungkapan semacam ini untuk memberikan kesan yang tandas bagi
seseorang, bahwa jika mendekati perbuatan zina itu saja sudah terlarang, apa
lagi melakukannya. Dengan pengungkapan seperti ini, seseorang akan dapat
memahami bahwa larangan melakukan zina adalah larangan yang keras, oleh
karenanya zina itu benar-benar harus dijauhi.
Yang dimaksud dengan
perbuatan zina dalam ayat ini ialah hubungan kelamin yang dilakukan oleh pria
dengan wanita di luar pernikahan, baik pria ataupun wanita itu sudah pernah
melakukan hubungan kelamin yang sah, ataupun belum di luar ikatan perkawinan
yang sah dan bukan karena sebab kekeliruan.
Sesudah itu Allah
memberikan alasan mengapa zina itu dilarang. Alasan yang disebut di akhir ayat
ini ialah karena zina itu benar-benar perbuatan yang keji yang mengakibatkan
kerusakan yang banyak, di antaranya:
1. Mencampur-adukkan
keturunan, yang mengakibatkan seseorang akan menjadi ragu-ragu terhadap
anaknya, apakah anak yang lahir itu keturunannya atau hasil perzinaan.Dugaan
suami bahwa istrinya berzina dengan laki-laki lain, mengakibatkan timbulnya
kesulitan-kesulitan, kesulitan dalam pendidikannya dan kedudukan hukumnya.
Keadaan serupa itu menyebabkan terhambatnya kelangsungan keturunan dan
menghancurkan tata kemasyarakatan.
2. Menimbulkan
keguncangan dan kegelisahan di antara anggota masyarakat, karena tidak
terpeliharanya kehormatan. Betapa banyaknya pembunuhan yang terjadi dalam
masyakakat yang disebabkan karena kelancangan anggota masyakakat itu melakukan
zina.
3. Merusak
ketenangan hidup berumah tangga. Seorang wanita yang telah berbuat zina
ternodalah nama baiknya di tengah-tengah masyarakat. Maka ketenangan hidup
berumah tangga tidak akan pernah terjelma, dan retaklah hubungan kasih sayang
antara suami istri.
4. Menghancurkan
rumah tangga. Istri bukanlah semata-mata sebagai pemuas hawa nafsu, akan tetapi
sebagai teman hidup dalam berumah tangga dan dalam membina kesejahteraan
berumah tangga. Oleh sebab itu, maka apabila suami adalah sebagai penanggung
jawab dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga, maka si istri adalah sebagai
penanggung jawab dalam memeliharanya, baik harta maupun anak-anak dan
ketertiban rumah tangga itu. Jadi jika si istri ternoda karena kelakuan
zina, kehancuran rumah tangga itu sukar untuk dielakkan lagi.
Secara singkat dapat
dikemukakan, bahwa perbuatan zina, adalah perbuatan yang sangat keji, yang
bukan saja menyebabkan pencampur adukan keturunan, menimbulkan keguncangan dan
kegelisahan dalam masyarakat, merusak ketenangan hidup berumah tangga dan
menghancurkan rumah tangga itu sendiri akan tetapi juga merendahkan martabat
manusia itu sendiri karena sukar sekali membedakan antara manusia dan binatang,
jikalau perbuatan itu dibiarkan merajalela di tengah-tengah masyarakat.
Jadi pernyataan : “Zina adalah
perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk”, adalah benar karena sesuai
dengan firman Allah dalam Al Israa’ ayat 32 dan mendapat justifikasi
putusan-putusan lainnya yang terdahulu yang sudah dikatahui kebenarannya.
D. Teori
Kebenaran Pragmatis
Teori ketiga adalah teori
pragmatisme tentang kebenaran, the pragmatic [pramatist] theory of truth.
Pragmatisme berasal dari bahasa Yunani pragma, artinya yang dikerjakan, yang
dapat dilaksanakan, dilakukan, tindakan atau perbuatan. Falsafah ini dikembangan
oleh seorang bernama William James di Amerika Serikat. Menurut filsafat
ini dinyatakan, bahwa sesuatu ucapan, hukum, atau sebuah teori semata-mata
bergantung kepada asas manfaat. Sesuatu dianggap benar jika mendatangkan
manfaat.[20]
Suatu kebenaran atau suatu
pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat
fungsional dalam kehidupan manusia. Teori, hipotesa atau ide adalah benar
apabila ia membawa kepada akibat yang memuaskan, jika membawa akibat yang
memuaskan, dan jika berlaku dalam praktik, serta memiliki nilai praktis, maka
dapat dinyatakan benar dan memiliki nilai kebenaran.
Kebenaran terbukti oleh
kegunannya, dan akibat-akibat praktisnya. Sehingga kebenaran dinyatakan sebagai
segala sesuatu yang berlaku.
Menurut William James “
ide-ide yang benar ialah ide-ide yang dapat kita serasikan, jika kita umumkan
berlakunya, kita kuatkan dan kita periksa.
Menurut penganut praktis,
sebuah kebenaran dimaknakan jika memiliki nilai kegunaan [utility] dapat
dikerjakan [workability], akibat atau pengaruhnya yang memuaskan [satisfactory
consequence].
Dinyatakan sebuah
kebenaran itu jika memiliki “hasil yang memuaskan “[satisfactory result], bila
:
1) Sesuatu
yang benar jika memuaskan keinginan dan tujuan manusia
2) Sesuatu
yang benar jika dapat diuji benar dengan eksperimen
3) Sesuatu
yang benar jika mendorong atau membantu perjuangan biologis untuk tetap ada.[21]
Pragmatisme menguji
kebenaran dalam praktek yang dikenal para pendidik sebagai metode project atau
metode problem solving di dalam pengajaran. Mereka benar hanya jika mereka
berguna mampu memecahkan problem yang ada. Artinya sesuatu itu benar, jika mengembalikan
pribadi manusia di dalam keseimbangan dalam keadaan tanpa persoalan dan
kesulitan. Sebab tujuan utama pragmatisme ialah supaya manusia selalu ada di
dalam keseimbangan, untuk ini manusia harus mampu melakukan penyesuaian dengan
tuntutan-tuntutan lingkungan.
Dalam dunia pendidikan,
suatu teori akan benar jika ia membuat segala sesutu menjadi lebih jelas dan
mampu mengembalikan kontinuitas pengajaran, jika tidak, teori ini salah.
Jika teori itu praktis,
mampu memecahkan problem secara tepat barulah teori itu benar. Yang dapat
secara efektif memecahkan masalah itulah teori yang benar (kebenaran).
Teori pragmatisme (the
pragmatic theory of truth) menganggap suatu pernyataan, teori atau dalil itu
memliki kebenaran bila memiliki kegunaan dan manfaat bagi kehidupan manusia.
Kaum pragmatis menggunakan
kriteria kebenarannya dengan kegunaan (utility) dapat dikerjakan (workobility)
dan akibat yagn memuaskan (satisfaktor consequence). Oleh karena itu tidak ada
kebenaran yang mutak/ tetap, kebenarannya tergantung pada manfaat dan
akibatnya.
Akibat/ hasil yang
memuaskan bagi kaum pragmatis adalah :
1. Sesuai dengan keinginan
dan tujuan
2. Teruji dengan
suatu eksperimen
3. Ikut membantu dan
mendorong perjuangan untuk tetap eksis (ada)
Teori ini merupakan
sumbangan paling nyata dari pada filsup Amerika tokohnya adalah Charles S.
Pierce (1914-1939) dan diikuti oleh Wiliam James dan John Dewey (1852-1859).
Wiliam James misalnya
menekankan bahwa suatu ide itu benar terletak pada konsikuensi, pada hasil
tindakan yang dilakukan. Bagi Dewey konsikasi tidaklah terletak di dalam ide
itu sendiri, malainkan dalam hubungan ide dengan konsekuensinya setelah
dilakukan. Teory Dewey bukanlah mengerti obyek secara langsung (teori
korepondensi) atau cara tak langsung melalui kesan-kesan dari pada realita
(teori konsistensi). Melainkan mengerti segala sesuai melalui praktek di dalam
program solving.
219. Mereka bertanya
kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa
yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar
dari manfaatnya". ......... (QS Al Baqarah : 219)[22]
Dalam sebuah hadis yang
diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Abu Hurairah diterangkan sebab turun ayat ini
sebagai berikut: Ketika Rasulullah telah berada di Madinah didapatinya para
sahabat ada yang meminum khamar dan berjudi, sebab hal itu sudah menjadi kebiasaan
mereka sejak nenek moyang mereka. Lalu para sahabat bertanya kepada
Rasulullah mengenai hukumnya. Maka turunlah ayat ini. Mereka memahami dari
ayat-ayat ini bahwa minum khamar dan berjudi itu tidak diharamkan oleh agama
Islam, melainkan hanya dikatakan bahwa bahayanya lebih besar. Lalu mereka masih
terus meminum khamar. Ketika waktu salat Magrib, tampillah Juhdi, seorang
Muhajirin menjadi imam. Di dalam salat, bacaannya banyak yang salah karena dia
sedang mabuk sesudah minum khamar, maka turunlah firman Allah yang berbunyi :
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَقْرَبُوا الصَّلَاةَ وَأَنْتُمْ سُكَارَى حَتَّى
تَعْلَمُوا مَا تَقُولُونَ
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu salat sedang kamu dalam keadaan mabuk sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan. (An Nisa': 43)
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu salat sedang kamu dalam keadaan mabuk sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan. (An Nisa': 43)
Sesudah
turun ayat yang tegas ini, maka turun lagi ayat yang lebih tegas lagi yang
menyuruh mereka berhenti sama sekali dari meminum khamar :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْأَنْصَابُ وَالْأَزْلَامُ رِجْسٌ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (90) إِنَّمَا يُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُوقِعَ بَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاءَ فِي الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ وَيَصُدَّكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَعَنِ الصَّلَاةِ فَهَلْ أَنْتُمْ مُنْتَهُونَ (91)
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya meminum khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah adalah perbuatan keji termasuk perbuatan setan. Karena itu jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya setan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan salat. Maka maukah kamu berhenti (dan mengerjakan pekerjaan itu)." (Q.S Al Ma'idah: 90-91)
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya meminum khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah adalah perbuatan keji termasuk perbuatan setan. Karena itu jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya setan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan salat. Maka maukah kamu berhenti (dan mengerjakan pekerjaan itu)." (Q.S Al Ma'idah: 90-91)
Sesudah selesai turunnya
ayat-ayat yang lebih tegas ini, mereka berkata: "Ya Tuhan kami, pasti kami
berhenti minum khamar dan berjudi." Larangan minum khamar diturunkan
secara berangsur-angsur. Sebab minum khamar itu bagi orang Arab sudah menjadi
adat kebiasaan yang mendarah daging semenjak zaman jahiliah. Kalau dilarang
sekaligus, dikhawatirkan akan sangat memberatkan bagi mereka. Mula-mula
dikatakan bahwa dosanya besar, kemudian dikatakan orang mabuk tidak boleh
mengerjakan salat dan terakhir dikatakan bahwa minum khamar itu adalah keji dan
termasuk perbuatan setan. Kemudian mereka dicela dengan mengatakan:
"Apakah kamu belum mau juga berhenti meminumnya?" Tegasnya minum
khamar dan main judi itu dilarang, haram hukumnya.
Yang dimaksud dengan
khamar menurut pendapat Jumhur ulama ialah semua minuman yang memabukkan,
walaupun dari apa saja. Jadi meminum apa saja yang memabukkan, hukumnya haram,
baik sedikit atau pun banyak. Semua ahli kesehatan sudah sependapat, baik
dahulu maupun sekarang, bahwa minum khamar itu banyak sekali bahayanya. Allah
tidak akan melarang sesuatu, kalau tidak berbahaya bagi manusia.
Sudah tidak diragukan lagi
bahwa minum khamar itu berbahaya bagi kesehatan badan, merusak lambung dan
jantung serta lain-lainnya, yang berupa penyakit dalam. Berbahaya bagi akal
pikiran dan urat-urat syaraf. Berbahaya bagi harta benda dan keluarga. Minum
khamar sama dengan menghisap candu, dan menimbulkan ketagihan. Seseorang yang
telah ketagihan minum khamar, baginya tidak ada nilai harta benda, berapa saja
harga khamar itu akan dibelinya, agar ketagihannya terpenuhi.
Kalau sudah demikian, maka
khamar itu membahayakan pergaulan dan masyarakat, menimbulkan permusuhan,
perkelahian dan sebagainya. Rumah akan kacau, tetangga tak aman dan masyarakat
akan rusak, lantaran khamar. Akan terlihatlah manusia yang mabuk-mabukan, yang
mengganggu keamanan dan ketertiban.
Penyakit minum khamar erat
sekali hubungannya dengan perbuatan zina. Seseorang yang sudah mabuk, tidak
akan malu-malu berzina ditempat-tempat maksiat seperti night club, bar dan
lain-lain. Kedua perbuatan mesum itu biasa disatukan tempatnya. Bila nafsu
seksnya sudah dirangsang karena minum khamar, maka mudahlah ia untuk berzina
ditempat-tempat maksiat itu. Maka bahaya minum khamar akan lebih besar lagi
kalau sudah bercampur dengan zina. Bukan saja menghambur-hamburkan harta dan
berfoya-foya memperturutkan hawa nafsu, tapi akan tersebarlah segala macam
penyakit kelamin, akan lahirlah anak-anak tanpa bapak yang sah, serta
pembunuhan bayi-bayi yang tidak bersalah. Pekerjaan seperti ini sudah merupakan
perbuatan yang terkutuk yang tidak berperikemanusiaan, perbuatan keji yang
lebih keji dari perbuatan hewan.
Sebagaimana halnya minum
khamar, begitu juga main judi, Allah melarang main judi sebab bahayanya lebih
besar daripada manfaatnya.
Yang dimaksud main judi di
sini ialah semua permainan yang mengadakan pertaruhan yang kalah harus membayar
kepada yang menang. Taruhan itu berupa apa saja, uang, barang-barang dan
lain-lain.
Bahaya main judi tidak
kurang dari bahaya minum khamar. Main judi cepat sekali menimbulkan permusuhan
dan kemarahan, dan tidak jarang pula menimbulkan pembunuhan. Bahaya itu sudah
terbukti sejak dahulu sampai sekarang. Bilamana di suatu tempat telah
berjangkit perjudian, maka di tempat itu selalu terjadi perselisihan,
permusuhan dan pembunuhan. Pekerjaan nekad, kerap kali terjadi pada
pemain-pemain judi, seperti membunuh diri, merampok dan lain-lain, lebih-lebih
bila ia mengalami kekalahan.
Judi adalah perbuatan
berbahaya, karena akibat berjudi, seseorang yang baik dapat menjadi jahat,
seseorang yang taat dapat menjadi jahil, malas mengerjakan ibadat, terjauh
hatinya dari mengingat Allah. Dia jadi orang pemalas, pemarah, matanya
merah, badannya lemas dan lesu. Dengan sendirinya akhlaknya rusak, tidak mau
bekerja untuk mencari rezeki dengan jalan yang baik, selalu mengharap-harap
kalau-kalau mendapat kemenangan. Dalam sejarah perjudian, tidak ada orang yang
kaya karena berjudi. Malahan sebaliknya yang terjadi. Banyak orang-orang kaya
tiba-tiba jatuh miskin dan melarat karena berjudi. Banyak pula rumah tangga
yang aman bahagia, tiba-tiba hancur berantakan karena judi.
Adapun manfaat minum khamar
sedikit sekali, boleh dikatakan tidak ada artinya dibandingkan dengan
bahayanya. Misalnya minum khamar, mungkin dapat menjadi obat, dapat dijadikan
perdagangan yang mendatangkan keuntungan, dan dapat menimbulkan semangat bagi
prajurit-prajurit yang akan pergi berperang dan lain-lain. Tapi semua itu
bukanlah manfaat yang berarti. Begitu juga berjudi dapat menolong orang miskin
kalau yang menang itu orang yang dermawan, cepat mendapat keuntungan tanpa
susah payah. Tapi semuanya itu juga tidak ada artinya, dan tidak ada berkatnya.
Tentang bahaya-bahaya
minum khamar dan main judi, dan apa yang akan diderita oleh peminum khamar dan
pemain judi nantinya, selain dijelaskan oleh Allah swt. dalam Alquran juga
banyak diterangkan dalam hadis-hadis Nabi Muhammad saw.
Jadi pernyataan “Khamar
dan judi adalah dosa dan banyak madharatnya adalah benar karena : dalil/pernyataan itu
memiliki kegunaan dan manfaat bagi kehidupan manusia, dengan penjelasan sedikit
manfaat dari minum khomr dan judi serta beberapa madlorot dari minum khamr
& beerjudi.
Bagaimana Cara Anda Untuk Meningkatkan Rasa
Keyakinan Akan Harapan Yang Kalian Miliki
Cara saya untuk
meningkakan rasa keyakinan akan harapan yang saya memiliki dengan cara selalu curhat
kepada Allah SWT, atau selalu berdoa kepadanya. Juga bisa melaksanakan sholat
istighoroh agar mendapatkan jawaban atau keyakinan dari Allah SWT. Atau juga
bisa menggunakan cara kita sendiri agar dapat meningkatkan keyakinan diri
sendiri. Tapi jangan lupa untuk selalu berusaha, karna suatu harapan akan dapat
tercapai jika kita selalu berusaha keras.
Nama : Haris Winando
Kelas : 1TB02
NPM : 24314805
Tidak ada komentar:
Posting Komentar