BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Sejarah Kawasan Kampung Luar Batang
Di belakang Gedung Museum Bahari, jalan Pasar Ikan
sebuah kawasan kota tua di Jakarta utara, terletak Kampung Luar Batang. Kampung
yang terletak di Kelurahan Penjaringan ini merupakan pemukiman tertua di
Jakarta. Diperkirakan, pemukiman ini mulai dibangun pada tahun 1630-an.Kampung
ini boleh dikatakan sudah dikenal sejak ratusan tahun lalu. Kampung
nelayan yang termasuk dalam Kelurahan Penjaringan, Kecamatan Penjaringan,
Jakarta Utara. Ada dua pendapat mengenai asal usul kampung, yang
pertama menyebutkan bahwa wilayah Luar Batang berada di luar batas
pemisah berupa batang kayu yang dibuat Belanda di muara
Sungai Ciliwung. Patek.ini dibuat untuk mernisahkan kegiatan
perdagangan Belanda di Pelabuhan Sunda Kelapa dengan para nelayan.
Perahu nelayan harus berlabuh di luar batang kayu, di sebelah barat
sehingga daerah ini kemudian dinamakan Luar Batang. Pendapat kedua,
berawal dari makam AI Habib Husein bin Abubakar Alaydrus. Saat akan
dimakarnkan di pemakaman pemerintah di Tanah Abang (Taman Prasasti),
sesuai kehendak Belanda, temyata jenazahnya sudah tidak ada di tempat
usungan yang berupa kurun batang. Jenazah sudah berada di dekat
mesjid yang kemudian disebut Kampung Luar Batang. Dari "Makam
Kramat Luar Batang" inilah awal dari kampung Kramat Luar Batang.
Sejarah Kampung Luar Batang sendiri berawal sejak
masa pemerintahan Belanda pada abad ke-18. Kampung yang berada di luar kawasan
Pelabuhan Sunda Kelapa ini dibatasi pemerintah dengan batang pohon. Kawasan di
luar batas ini menjadi tanda untuk warga harus membayar retribusi bila memasuki
pelabuhan. Lokasi di luar batas batang pohon tersebut selanjutnya disebut
Kampung Luar Batang.Lokasi pemukiman Luar Batang dulunya merupakan rawa-rawa.
Lama kelamaan rawa-rawa itu tertimbun lumpur dari kali Ciliwung, terutama
setelah dibangunnya Kampung Muara Baru, yang kini juga merupakan kawasan kumuh
di dekat Luar batang.
Sumber : http://soulofjakarta.com
|
|
Sejak masa VOC, pihak penguasa sering mendatangkan
tenaga kerja guna membangun pelabuhan dan kastil Batavia. Para pekerja di
lokasi itu berdatangkan dari berbagai daerah. Mereka juga ditempatkan di
Kampung Luar Batang. Jadi, kekumuhan pemukiman tertua di Jakarta yang luasnya
16,5 hektar itu sudah berlangsung sejak awal masa VOC. Pasar yang ada kala itu
dan kini dikenal dengan nama Pasar Ikan baru dibangun pada tahun 1846. Lokasi
Pasar Ikan ini dulunya merupakan laut.
Ketika aktivitas utama pelabuhan Sunda Kelapa
akibat pengdangkalan dialihkan ke Tanjung Priok (1886), lokasi sekitar
pemukiman Luar Batang tetap padat. Hal ini dikarenakan aktivitas perahu dan
pelabuhan Pasar Ikan (Sunda Kelapa) tetap berjalan. Saat ini, Kampung Luar
Batang penduduknya sangat padat karena lokasinya berdekatan dengan berbagai
pusat akivitas. Kondisinya semakin kumuh ketika urbanisasi besar-besaran
terjadi pada 1950-1960, akibat terganggunya keamanan. Dalam periode itu terjadi
beberapa pemberontakan seperti DI/TII dan Kahar Muzakar.
Letak Kampung Kramat Luar Batang dekat dengan
pantai laut Jawa sehingga banyak mempengaruhi iklim dan lingkungan hidup
masyarakatnya. Dulu keadaan alam kampung ini masih berupa empang-empang dan
lautan semak yang berawa-rawa. Rawa-rawa ini kemudian ditimbun untuk dijadikan
tempat tinggal penduduk. Tanah terbentuk dari endapan lumpur di muara sungai
sehingga tidak padat. Air tanahnya mengandung garam sehingga tidak bisa
digunakan untuk air minum. Penduduk kampung terdiri dari orang asli Betawi dan
pendatang dari Jawa Barat, Madura, Jawa Tengah, Bugis, dan Makasar. Para
pendatang dari Sulawesi Selatan umumnya bekerja di bidang perkayuan. Sedang
yang dari Jawa, Madura, Sunda, dan Betawi kebanyakan menjadi buruh pelabuhan
atau industri.
BAB II
UPAYA PELESTARIAN KAMPUNG LUAR BATANG
2.1 Tindakan Pelestarian
Berdasarkan hasil penelusuran dan pengamatan
kawasan Jakarta utara memiliki banyak nilai sejarah historial hingga
arsitektural. Hai ini bisa dijadikan suatu nilai tambah khususnya dibidang
pariwisata. Maka dari itu pemerintah kota administrasi Jakarta utara bekerja
sama dengan dinas pariwisata bekerjasama membuat kawasan pelestarian cagar
budaya, yaitu kawasan sejarah kota tua. Untuk itu kawasan dan tempat
tempat tersebut mendapat perhatian lebih dari pemerintah.
2.2. Konservasi
Konservasi adalah upaya pelestarian
lingkungan, tetapi tetap memperhatikan, manfaat yang dapat di peroleh pada saat
itu dengan tetap mempertahankan keberadaan setiap komponen lingkungan untuk
pemanfaatan masa depan.
Namun menurut Adishakti (2007) istilah
konservasi yang biasa digunakan para arsitek mengacu pada Piagam dari
International Council of Monuments and Site (ICOMOS) tahun 1981,
yaitu Charter for the Conservation of Places of Cultural Significance,
Burra, Australia, yang lebih dikenal dengan Burra Charter.
Disini dinyatakan bahwa konsep konservasi
adalah semua kegiatan pelestarian sesuai dengan kesepakatan yang telah
dirumuskan dalam piagam tersebut. Konservasi adalah konsep proses pengelolaan
suatu tempat atau ruang atau obyek agar makna kultural yang terkandung di dalamnya
terpelihara dengan baik. Kegiatan konservasi meliputi seluruh kegiatan
pemeliharaan sesuai dengan kondisi dan situasi lokal maupun upaya pengembangan
untuk pemanfaatan lebih lanjut.
Suatu program konservasi sedapat mungkin
tidak hanya dipertahankan keasliannya dan perawatannya namun tidak mendatangkan
nilai ekonomi atau manfaat lain bagi pemilik atau masyarakat luas. Dalam
hal ini peran arsitek sangat penting dalam menentukan fungsi yang sesuai karena
tidak semua fungsi dapat dimasukkan. Kegiatan yang dilakukan ini membutuhkan
upaya lintas sektoral, multi dimensi dan disiplin, serta berkelanjutan.
Tujuan dari kegiatan konservasi, antara lain
:
Memelihara dan melindungi tempat-tempat yang
indah dan berharga, agar tidak
hancur atau berubah sampai batas-batas yang wajar.
Menekankan pada penggunaan kembali bangunan
lama, agar tidak terlantar. Apakah dengan menghidupkan kembali fungsi lama,
ataukah dengan mengubah fungsi bangunan lama dengan fungsi baru yang
dibutuhkan.
Melindungi benda-benda cagar budaya yang
dilakukan secara langsung dengan cara membersihkan, memelihara, memperbaiki,
baik secara fisik maupun khemis secara langsung dari pengaruh berbagai faktor
lingkungan yang merusak.
Melindungi benda-benda (dalam hal ini
benda-benda peninggalan sejarah dan purbakala) dari kerusakan yang diakibatkan
oleh alam, kimiawi dan mikro organisme.
2.3 Pengertian Kampung
Berdasarkan beberapa kajian mengenai kampung
disamping memiliki beberapa kesamaan mengenai kondisi kampung dimana kampung
selalu berkembang secara tidak terencana. Bahkan berkembangnnya kampung di kota
bertujuan sebagai “wadah” adaptasi bagi masyarakat desa yang tinggal di kota
dengan segala macam ritual dan budaya yang masih dipegang teguh dari nenek
moyangnya masing-masing. Keberadaan kampung di perkotaan yang
cenderung dekat dengan berbagai pusat kegiatan ditinjau dari keberadaan
(legalitas) terdapat dualisme yaitu kampung yang berkembang tidak sesuai dengan
peruntukannya dan kampung yang berkembang sesuai dengan peruntukan tata ruang
kota. Kampung yang berkembang sesuai dengan tata ruang kota dan sah
legalitasnya menjadi salah satu elemen perkotaan yang berperan sebagai penyedia
pemukiman bagi berbagai lapisan masyarakat karena adanya pengaruh globalisasi.
2.4 Teori Pelestarian Kampung Luar Batang
Teori pelestarian kampung luar batang yaitu
menggunakan konsep pengembangan revitalisasi. Dalam kamus besar Bahasa
Indonesia, Revitalisasi berarti proses, cara, dan perbuatan menghidupkan
kembali suatu hal yang sebelumnya kurang terberdaya. Sebenarnya revitalisasi
berarti menjadikan sesuatu atau perbuatan menjadi vital. Sedangkan kata vital
mempunyai arti sangat penting atau perlu sekali (untuk kehidupan dan
sebagainya). Pengertian melalui bahasa lainnya revitalisasi bisa berarti
proses, cara, dan atau perbuatan untuk menghidupkan atau menggiatkan kembali
berbagai program kegiatan apapun. Atau lebih jelas revitalisasi itu adalah
membangkitkan kembali vitalitas. Jadi, pengertian revitalisasi ini secara umum
adalah usaha-usaha untuk menjadikan sesuatu itu menjadi penting dan perlu
sekali.
Revitalisasi termasuk di dalamnya adalah
konservasi-preservasi merupakan bagian dari upaya perancangan kota untuk
mempertahankan warisan fisik budaya masa lampau yang memiliki nilai sejarah dan
estetika-arsitektural. Atau tepatnya merupakan upaya pelestarian lingkungan
binaan agar tetap pada kondisi aslinya yang ada dan mencegah terjadinya proses
kerusakan.Tergantung dari kondisi lingkungan binaan yang akan dilestarikan,
maka upaya ini biasanya disertai pula dengan upaya restorasi, rehabilitasi
dan/atau rekonstruksi.Jadi, revitalisasi adalah upaya untuk memvitalkan
kembali suatu kawasan atau bagian kota yang dulunya pernah vital/hidup, akan
tetapi kemudian mengalami kemunduran/degradasi. Selain itu, revitalisasi adalah
kegiatan memodifikasi suatu lingkungan atau benda cagar-budaya untuk pemakaian
baru. Revitalisasi fisik diyakini dapat meningkatkan kondisi fisik
(termasuk juga ruang-ruang publik) kota, namun tidak untuk jangka panjang.
Untuk itu, tetap diperlukan perbaikan dan peningkatan aktivitas ekonomi
(economic revitalization) yang merujuk kepada aspek sosial-budaya serta aspek
lingkungan (environmental objectives). Hal ini mutlak diperlukan karena melalui
pemanfaatan yang produktif, diharapkan akan terbentuklah sebuah mekanisme
perawatan dan kontrol yang langgeng terhadap keberadaan fasilitas dan
infrastruktur kota.
Revitalisasi pada Kampung Luar Batang yaitu
wisata bahari diarahkan sebagai kawasan dengan wisata rohani dan penunjang di
sekitar Mesjid Luar Batang. Adanya revitatalisasi tersebut sehingga Masjid Luar
Batang merupakan landmark pada kawasan Kampung Luar Batang.
· Pada gambar dibawah merupakan bentuk gerbang Masjid Luar Batang di tahun 1916. Tampak pada bagian depan terdapat beberapa simbol yang berkaitan dengan Islam seperti bulan sabit dan bintang. Selain itu tampak pada sebelah kanan dan kiri terdapat tulisan arab gundul berupa “Masjid Keramat”
· Pada
tahun 1990-an bentuk gerbang telah dirubah secara drastis pada saat renovasi
masjid secara total pada tahun 1950-an. Bentuk interior masjid, sebelum
mengalami renovasi pada tahun 1950-an tidak terdokumentasikan secara rinci.
Namun jika dilihat berdasarkan gambar disamping tampak hasil renovasi masjid,
dimana terdapat perubahan over-hang (sosoran) yang terbuat dari plat.
· Bentuk
perubahan lain yang tampak nyata adalah ornamen Islami yang dibuat tampak lebih
nyata berupa kaligrafi dengan lafadz “Sabillah Alaudrus” dalam tulisan Arab.
· Pada
tahun 2005, terjadi renovasi dan pembangunan ulang kembali keseluruhan komplek
masjid. Akibat dengan adanya pembangunan secara total tersebut, maka bentuk
dari gerbang masjid kembali berubah, namun perubahan tidak terlalu signifikan
seperti sebelumnya, perubahan mencakup bentuk kaligrafi dan warna.
BAB
III
GAMBARAN
KAWASAN
Di belakang Gedung Museum Bahari, jalan Pasar Ikan
sebuah kawasan kota tua di Jakarta utara, terletak Kampung Luar Batang. Kampung
yang terletak di Kelurahan Penjaringan ini merupakan pemukiman tertua di
Jakarta. Diperkirakan, pemukiman ini mulai dibangun pada tahun 1630-an. Kampung
ini boleh dikatakan sudah dikenal sejak ratusan tahun lalu. Kampung Luar Batang
berdekatan dengan pantai dan beberapa pemukiman menengah atas seperti Pluit,
Pemukiman Terpadu Pantai Mutiara dan Muara Angke.
• Sebagai pusat bermukimnya masyarakat golongan menengah kebawah mayoritas penduduknya bekerja di sektor informal dengan bidang usaha perdagangan
• Pada tahun 1970-an kampung ini terkena program KIP-MHT, dimana dengan adanya program ini maka kampung menjadi lebih terbuka dengan kawasan sekitarnya
• Kampung Luar Batang menjadi semakin memposisikan diri sebagai pusat penyedia rumah tinggal yang murah
• Sebagai pusat bermukimnya masyarakat golongan menengah kebawah mayoritas penduduknya bekerja di sektor informal dengan bidang usaha perdagangan
• Pada tahun 1970-an kampung ini terkena program KIP-MHT, dimana dengan adanya program ini maka kampung menjadi lebih terbuka dengan kawasan sekitarnya
• Kampung Luar Batang menjadi semakin memposisikan diri sebagai pusat penyedia rumah tinggal yang murah
3.1 Masjid Luar Batang
Kampung Luar Batang adalah sebuah
peninggalan sejarah yang dipercaya sebagai pemukiman tertua di Jakarta yang
telah berdiri sejak tahun 1630. Yang paling terkenal dari kampung ini adalah
masjidnya, yaitu Masjid Luar Batang. Masjid Luar Batang merupakan landmark dari
kampung Luar batang. Pada kampung luar batang ini di tempati oleh para keluarga
nelayan, dan kampung luar batang ini masih kental oleh rumah adat suku
betawi.
Masjid Luar Batang
Bentuk Akulturasi Budaya yang ada di Masjid Keramat
Luar Batang
Bentuk Atap :
• Bentuk atap dari Masjid Luar Batang yang
berbentuk limas sangat dipengaruhi oleh bentuk bentuk atap masjid yang ada di
daerah Jawa Barat dan Jawa Tengah
• Sedangkan atap masjid yang menjadi “acuan” dari
Masjid Luar Batang cenderung mengadopsi bentuk atap Pura Hindu Bali
Akulturasi Pemakaman
• Pemakaman dalam Islam memiliki aturannya sendiri
terutama yang berkaitan dengan posisi makam, bagian kepala dan kaki, serta
bahkan bentuk pemakaman
• Kreasi-kreasi lewat ukiran, atau lukisan pada
bagian-bagian batu nisan, cungkup, gapura Makam-makam yang dianggap keramat
ditempatkan dipemakaman khusus.
3.2 Rumah Penduduk
Pada Kampung Luar Batang ini kebanyak rumah
penduduk yaitu rumah adat betawi yang khas dengan list planknya yaitu disebut
"Gigi Balang"
3.3 Kawasan Kampung Luar Batang
Pada Kawasan Kampung Luar Batang ini banayk
ditempat oleh para nelayan, karena daerah ini merupak daerah pelabuhan. Perahuu
tersebut dapat berfungsi sebagai transportasi dan juga mengangkut para turis
yang datang.
3.4 Analisis place theory pada Kampung Luar Batang
Berdasarkan teori Place juga didapatkan penekanan
adanya suatu makna dari tempat di lokasi sebuah kota (Zhand dalam Trancik,
1986) – Berdasarkan teori Punter (1991) ada tiga unsur pembentuk place yaitu
physical setting, activities, dan meaning
·
Physical setting: Landmark berupa masjid Luar
Batang cenderung bersifat fleksibel dan mengikuti perkembangan jaman meskipun
secara fisik bangunannya telah mengalami perubahan. Aktifitas penggunaan dari
Masjid Luar Batang cenderung semakin meningkat dikarenakan masjid ini memiliki
nilai ke sakralan yang tinggi
·
Activities: Gambaran tingkah laku pemakai dan
fungsi tempat tersebut dan cenderung berkembang seusai dengan perkembangan
waktu รจ
perayaan Maulid Nabi, Idul Fitri dan Idul Adha, pedagang kaki lima dan sebagai
pengemis
·
Meaning: Pola pikir dimana almarhum Habib
Hussein bin Abubakar Alaydrus merupakan orang yang sakti dan memiliki beberapa
karomah, bahkan walau hanya berjiarah kemakamnya maka hajat/keinginnya dapat
terkabul
BAB
IV
USULAN
DAN PELESTARIAN KAWASAN
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari kawasan Kampung Luar Batang ini
yaitu :
- Kampung
Luar Batang cukup strategis karena dilewati oleh Jalan Gedong Panjang yang
menjadi jalan penghubung antara kawasan perindustrian Pluit-Bandara Soekarno
Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priuk,
- Sebagai
tempat yang strategis Kampung Luar Batang seperti “dikepung” oleh
kebijakan pengembangan kawasan, reklamasi Perumahan Pantai Mutiara. Dasar
reklamasi ini telah ada sejak tahun 1995 dimana pada saat itu dikenal
dengan Jakarta Waterfront Development Program,
- Selain
karena perkampungan di tengah kawasan pusat perekonomian, Kampung Luar
Batang juga memiliki landmark yaitu Masjid Keramat Luar Batang. Masjid
yang telah ada sejak abad ke XVII, tapi sebagai benda cagar budaya, masjid
ini telah mengalami perubahan yang cukup signifikan jika dibandingkan
dengan bangunan aslinya pada tahun 1916.
4.2 Permasalahan
- Selain
karena jumlah luasan dari sistem drainase yang dirasa cukup kurang, yang
menjadi permasalahan pada kampung ini adalah kondisi geografis dari
kampung ini yang terletak dibawah permukaan laut. Akibatnya pada waktu
tertentu kampung ini terendam banjir. Sejak dahulu kampung ini selalu
terendam banjir, hanya saja intensitas serta lama banjir cukup singkat.
Namun saat ini banjir di Kampung Luar Batang semakin sering dan lama
banjirnya cukup lama bahkan hampir satu minggu,
- Pada
Kawasan ini terdapat bangunan perumahan yang kurang teratur dan
padat,
- Kampung
Luar Batang sebagai salah satu basis penyedia pemukiman di kawasan
Penjaringan, secara internal memiliki faktor bangkitan dan tarikan alami.
Dengan adanya Masjid Keramat Luar Batang sebagai pusat kegiatan di kampung
ini maka banyak kegiatan perdagangan yang terfokus pada kawasan masjid dan
sekitarnya. Hal ini sama seperti ditempat lain dimana terdapat interest
place maka masyarakat akan berusaha mengambil keuntungan secara tidak
langsung,
- Jika
dikaji dalam teori linkage, maka kampung ini secara tidak langsung
terhubung dengan sistem lalu lintas Tol Pelabuhan-Bandara Soekarno-Hatta,
cukup dekat dengan pusat pelelangan ikan dan pasar ikan Muara Baru.
4.3 Usulan dan Saran
Menurut Saya, saran untuk permasalahan dari Kawasan
kampung Luar Batang, yaitu:
1. Sering terjadi banjir dan kurangnya
drainase
- Sebaiknya
sitem drainase pada kampung Luar Batang di rawat agar tidak sering
terjadinya banjir
- Lalu
warga atau pengunjung yang berada pada kawasan Kampung Luar Batang tidak
membuang sampah sembarangan.
- Perbanyak
Tempat pembuangan Sampah agar masyarakat dan para pendatang membuang
sampah tidak sembarangan. Apabila melanggar maka ditegaskan.
2. Penataan pada kawasan harus sesuai dengan
peruntukan yang telah di tetapkan oleh undang - undang, karena kawasan kampung
Luar Batang sudah semakin padat
3. Pedagang dilarang berjualan di area yang bukan
untuk tempat berjualan dan di area yang mengganggu sirkulasi untuk masuk ke
Masjid
4. Dibuat dan diatur lagi untuk penataan parkiran,
karena parkir tidak rapih.
Sumber :
http://nisa-arsitek.blogspot.co.id/2015/04/kawasan-kampung-luar-batang.html
(Special Thanks to this blog)
http://id.wikipedia.org/wiki/Penjaringan,_Jakarta_Utara
http://soulofjakarta.com/index.php?modul=sejarah-kampung-luar-batang-jakarta-utara.html&id=MTIxMw==&kat=4
http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/1505/Kramat-Luar-Batang-Kampung
http://himpunan-aidid.org/?load=baca_artikel.php&bid=14
Haris Winando
4TB03
24314805