Kritik Arsitektur Terhadap Bangunan “Hotel
Amarossa Bogor”
Sejarah
Amaroossa Hotels, sebagai salah satu brand
berkonsep hotel butik bintang empat, di bawah manajemen KAGUM Hotels, telah
mengembangkan ekspansinya dengan menghadirkan Amaroossa Royal, berlokasi sangat
strategis di Jl. Otto Iskandardinata No.84, Bogor, Amaroossa
Royal Bogor terletak persis di samping patung kujang, dimana lokasi tersebut
adalah pusat Kota Bogor yang di kelilingi oleh tempat wisata seperti kebun
raya, taman safari termasuk mall terbesar di Bogor. Hotel
dengan 112 kamar ini merupakan hotel ketiga dengan brand Amaroossa, setelah di
Bandung dan Bali.
Hotel dengan 12 lantai ini dilengkapi dengan
fasilitas jaringan internet di ruang publik dan kamar, kolam renang, spa,
fitness center, restoran, ballroom serta meeting room, menyediakan layanan
keamanan dan room service 24 jam, Laundry service, business center, concierge
dan city shuttle service.Untuk memenuhi kebutuhan bisnis, hotel menyediakan 5
meeting rooms berkapasitas hingga 100 pax, 2 function rooms dengan kapasitas
100 – 200 pax dan ballroom yang dapat menampung sampai dengan 350 pax
dilengkapi perlengkapan dan amenitis sesuai kebutuhan meeting sampai perayaan
pernikahan.
Berbeda dengan dua brand Amaroossa sebelumnya,
Amaroosa yang berada di Bogor membubuhkan "Royal" dalam brand-nya. Hal tersebut,
menurut pemilik Amaroossa, Amalia Roosseno adalah selain karena dekat dengan
Istana Bogor, interior di dalam hotel pun dibuat klasik seperti
kerajaan-kerajaan pada masa lalu.
Kritik Terhadap Bangunan:
Secara keseluruhan hotel ini menerapkan konsep Classical Boutique Hotel. Di buat
dengan design classical, dimana keseluruhan fasad bangunan yang berwarna
putih ini berdiri kokoh dengan kolom-kolom besar dibawahnya terlihat sekali
langgam bangunan yang diterapkan pada hotel ini adalah klasik seperti bangunan
pada zaman kolonial belanda, bentuk kolom ionik yang di gunakan seperti
itu agar bersinergi antara desain hotel yang berdekatan dengan Istana Bogor.
Namun sayangnya, bangunan hotel yang
sepenuhnya telah selesai di bangun ini sudah menuai kontroversi dan penolakan
warga Bogor. Mereka menilai pembangunan itu menyalahi dan melanggar estetika
Kota Bogor. Dari sisi Amdal (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) Lalu-Lintas
juga sebenarnya belum tentu cocok karena yang letaknya di persimpangan jalan,
di khawatirkan hotel ini akan menambah parah tingkat kemacetan di daerah
sekitar tugu kujang.
Selain itu yang tidak kalah penting
ketinggian bangunan hotel ini melebihi tinggi Tugu Kujang yang berada persis di
depan hotel, yang mana tugu kujang itu sendiri merupakan simbol kota bogor.
Sebagai perbandingan, tinggi Hotel Santika hanya delapan lantai dan itu tidak
lebih tinggi dari Tugu Kujang . Dan jika di kaitkan dengan regulasi pemerintah
Padahal seharusnya sudah tidak ada pembangunan hotel lagi di sepanjang Jalan
Pajajaran. Terakhir adalah Hotel Santika. lolosnya perijinan yang diberikan
oleh Pemerintah Kota Bogor terhadap bangunan hotel itu menandakan pemkot Bogor
tidak menggubris hasil Pansus DPRD Kota Bogor soal pembahasan Rancanan Tata
Ruang Wilayah (RTRW) tahun 2010-2011.
Nama : Haris Winando
NPM : 24314805
Kelas : 4TB03
Tugas : Kritik Arsitektur